BALIKPAPAN, INIbalikpapan.com — Bulog Kaltimra menargetkan penyerapan gabah petani lokal pada tahun ini mencapai 20 ribu ton. meskipun pasokan kebutuhan beras untuk wilayah Kaltimra masih didatangkan dari luar daerah.
Daerah yang masih diandalkan untuk penyerapan gabah lokal yakni petani Kabupaten Babulu, Penajam Paser Utara.
Kepala Divisi Badan Urusan Logistik (Bulog) Regional Kaltim dan Kaltara, Arwakhudin Widiarso mengatakan pada tahun lalu dari target 4500 ton realisasi mencapai 98 persen.
Dia menjelaskan tahun lalu terdapat penyesuaian dari tahun-tahun sebelumnya. diakui pada tahun-tahun sebelumnya target serapan tidak tercapai. seperti pada 2017, target satu tahun 15.560 ton namun realisasinya hanya 3.719 ton atau hanya 23,90 persen.
“Karena ada penurunan hasil serapan maka dilakukan penyesuaian. Sejak tahun 2016 hanya mampu merealisasikan 956 ton saja, sehingga pusat melakukan penyesuaian,” sebut pria yang akrab disapa Wiwid.
“Tahun ini targetnya lebih tinggi dari sebelumnya makanya kita upaya terus dilakukan salah satunya dengan “Program On Farm”. kita juga melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan timur untuk mendorong penambahan lahan tanam padi,” katanya.
pihaknya juga mendorong pengembangan luas pertanian seperti di daerah Penajam Paser Utara dengan luas lahan 1 hektare. “Saat ini memasuki masa tanam. Sudah ada hasilnya, itu juga kami sedang tingkatan kualitasnya,” tandasnya.
Pada kesempatan sama, Kabid Pengadaan Operasional Pelayanan Publik Bulog Drive Kaltimra Agung Setiabudi mengatakan serapan beras Bulog dari petani Kaltimra masih dibawah angka nasional atau dibawah 5 persen. dia menialia sektor pertanian di Kaltimra ini kurang berkembang dengan baik. “Apalagi petani gabah di Kaltim ini hanya di PPU paling besar,” ujarnya.
Dia menyebutkan alasan karena banyak kendala yang dihadapi yakni masih banyak petani yang masih menggunakan teknologi zaman dulu, lahan terbatas, unsur tanah di Kaltim kadar asamnya cukup tinggi, minimnya petani atau SDM petani, dan sistem pengairannya masih tadah hujan.
“Kondisi tersebut yang menjadi kendala dalam memproduksi gabah. Kondisi unsur tanah juga mempengaruhi kualitas, ditambah jumlah petani yang minim,” tukasnya.