SAMARINDA, INIBalikpapan.com — Berkat motivasi dari dosen-dosen Universitas Mulawarman, empat sekolah dasar Katholik di Samarinda secara mandiri juga melakukan diseminasi pelatihan program pembelajaran aktif PINTAR.
Empat sekolah tersebut adalah sekolah Dasar Katholik Asisi, SDK WR Supratman 1, 2 dan 3. Peserta berjumlah 50 orang.
Metode pembelajaran aktif merupakan metode yang berdasarkan banyak penelitian telah terbukti berhasil meningkatkan daya serap siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Hoellwarth & Moelter (2011), menunjukkan bahwa mengubah cara mengajar pelajaran fisika dari model mengajar tradisional ke pembelajaran aktif akan meningkatkan daya serap siswa terhadap pelajaran sebanyak 38 persen.
Awalnya daya serap siswa cuma 12 persen, setelah diterapkan pembelajaran aktif, daya serapnya menjadi 50 persen. Hasil tersebut diukur dengan menggunkan Force Concept Inventory yang merupakan standar baku pengukuran pembelajaran fisika.
“Mengadopsi pembelajaran aktif program PINTAR akan meningkatkan kualitas siswa, baik dari segi daya serap dan karakternya. Pembelajaran aktif akan membuat mereka memiliki kecakapan sosial dan lebih percaya diri,” ujar Prof. Dr. Makrina TIndengan, Guru Besar FKIP Universitas Mulawarman.
Dalam metode pembelajaran aktif, guru harus harus mampu membuat lembar kerja siswa yang mendorong siswa terus berpikir analitis, kritis dan pada akhirnya melahirkan suatu karya.
Sebelumnya guru di sejumlahkota kabupaten di Kaltim termasuk Samarinda mengikuti pelatihan. Selama pelatihan tersebut, para peserta dilatih membuat pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa bisa lebih analitis, kritis dan kreatif. Mereka juga dilatih mengelola kelas yang mengarahkan siswa lebih aktif, mampu bekerjasama dalam tim dan percaya diri. Mereka juga langsung menerapkan hasil pelatihan dengan praktik mengajar.
Sandra Lakembe, Penanggung jawab utama program diseminasi dari Tanoto Foundation berharap pembelajaran aktif benar-benar konsisten dilakukan oleh para guru yang sudah dilatih.
“Dengan konsistensi, guru akan semakin banyak belajar dari pengalaman-pengalaman. Menjadi guru fasilitator itu butuh pembiasaaan tiap hari,” tukasnya.