Bank Indonesia Catat Inflasi Balikpapan Naik di Maret 2025, Lima Komoditas Ini Pemicunya

BALIKPAPAN, inibalikpapan.com – Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencatat inflasi cukup tinggi pada Maret 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Balikpapan mengalami inflasi bulanan (month-to-month/mtm) sebesar 1,67%, sementara PPU mencapai 2,19%.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Balikpapan tercatat 1,38%, lebih tinggi ketimbang angka nasional sebesar 1,03% dan gabungan empat kota di Kalimantan Timur yang mencapai 1,36%. Sedangkan PPU mencatat inflasi tahunan 1,19%.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi di kedua daerah. Di Balikpapan, kelompok ini menyumbang 1,46%, sementara di PPU lebih tinggi yakni 1,84%.
Komoditas Pemicu Inflasi
Lima komoditas utama pemicu inflasi di Balikpapan adalah tarif listrik, cabai rawit, udang basah, ikan layang, dan emas perhiasan. Kenaikan tarif listrik terjadi setelah pemerintah mengakhiri diskon 50% bagi pelanggan berdaya 2.200 VA ke bawah per Februari 2025.
Kenaikan harga cabai rawit akibat pasokan yang terganggu akibat curah hujan tinggi di sentra produksi. Sementara harga udang dan ikan layang naik karena permintaan meningkat menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), di tengah hasil tangkapan nelayan yang menurun akibat cuaca buruk. Harga emas perhiasan pun ikut naik mengikuti tren global.
Beberapa komoditas justru menyumbang deflasi, seperti bayam, kacang panjang, sawi hijau, kangkung, dan bahan bakar rumah tangga. Penurunan harga sayur-mayur terjadi karena meningkatnya pasokan, sedangkan harga gas LPG 3 kg terkendali berkat tambahan kuota dan operasi pasar dari Pertamina.
Di PPU, inflasi tertinggi berasal dari tarif listrik, ikan tongkol, cabai rawit, ikan layang, dan cabai merah. Faktor pemicunya serupa dengan Balikpapan: berakhirnya kebijakan diskon listrik dan terganggunya pasokan bahan pangan karena cuaca ekstrem.
Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga di PPU adalah daging ayam ras, sawi hijau, bayam, kangkung, dan kol putih. Ketersediaan pasokan yang cukup di tingkat distributor menjadi faktor utama penurunan harga ayam, sedangkan melimpahnya hasil panen menurunkan harga sayuran.
Apa Kata BI Balikpapan?
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Robi Ariadi menyebut inflasi ini banyak terpengaruhi oleh peningkatan permintaan menjelang Idul Fitri dan berakhirnya stimulus tarif listrik.
“Peningkatan potensi dari sisi permintaan tersebut selaras dengan hasil survei Konsumen di Kota Balikpapan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan pada Maret 2025 yang menunjukkan bawah level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini masih menunjukkan tingkat optimisme terhadap kondisi ekonomi (nilai indeks di atas 100), meningkat dibanding bulan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tercatat sebesar 130,3,” tulis siaran pers tersebut.
Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus bersinergi untuk menekan laju inflasi. Langkah-langkah yang ditempuh meliputi pemantauan harga secara berkala, mitigasi risiko lonjakan harga, perluasan kerja sama antar daerah, pelaksanaan operasi pasar, hingga gerakan pemanfaatan lahan pekarangan untuk hortikultura.
Ke depan, Bank Indonesia juga akan mengoptimalkan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Tujuannya untuk menjaga inflasi tetap dalam sasaran nasional 2025, yakni 2,5% ±1%, serta menyusun roadmap pengendalian inflasi daerah 2025–2027.***
BACA JUGA