BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memeriksa 91 kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia. Dari jumlah tersebut 35 di antaranya probable, 7 pending, 49 discarded
“Kasus hepatitis akut ini tersebar di 22 provinsi. Jadi tidak semua provinsi ada kasus hepatitisnya,” Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam siaran persnya
Dari 22 provinsi ini kasus terbanyak ada di DKI Jakarta dengan 12 kasus probable dan 3 kasus pending, DI Yogyakarta 3 kasus probable dan 0 kasus pending,
Lalu Jawa Tengah 2 kasus probable dan 2 kasus pending. Status pasien dari 35 probable dan 7 pending paling banyak jenis kelamin laki-laki usia 0 sampai 5 tahun.
Dari 35 probabel yang dilakukan pemeriksaan dan dikaji oleh komite ahli telah diketahui bahwa patogen paling banyak ditemukan pada pasien adalah EBV (6 dari 29 pasien diperiksa lalu diikuti CMV dan Torque Teno virus (5 dari 29 pasien diperiksa).
Berdasarkan hasil PCR dan metagenomik, 5 dari 29 pasien probable terdeteksi virus dari famili herpesviridae (CMV, HSV1, HHV-6A, HHV1, EBV). Gejala yang dialami pasien di antaranya demam, kuning, mual.
“Gambaran gejala klinis 35 kasus probable itu terbanyak adalah demam, kuning, mual, muntah, hilang nafsu makan,” ucap dr. Syahril.
KataSyahril, kapasitas laboratorium tekah ditambah, Kemenkes sudah mempunyai 33 laboratorium yang memiliki kemampuan pemeriksaan hepatitis.
“Sudah ada 33 laboratorium yang semula ada 2. Sudah dilakukan pelatihan dan sudah melakukan pemeriksaan – pemeriksaan,” ujarnya
Dokter Spesialis Kesehatan Anak Prof. Hanifah Oswari, SpA(K) mengatakan kasus hepatitis tetap ada namun kasusnya sekarang tidak sebanyak seperti awal kasus. Saat ini masih ada 7 kasus hepatitis yang belum dibahas.
“Perkembangan dari Hepatitis ini kita belum mengetahui penyebabnya. Memang tetap ada terus-menerus tetapi tidak sebanyak di awal-awal kita ketemu,” ujarnya
“Jadi sekarang ini tetap masih ada 7 yang belum kami bicarakan. Meskipun tidak banyak tetapi kasusnya masih ada. Itu yang perlu kita perhatikan, perlu tetap waspada tetapi tingkat kewaspadaannya tidak seperti yang di awal-awal.”