BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Bahu-membahu warga RT 34 Kelurahan Gunung Samarinda, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan dalam penanganan covid-19 patut diacungi jempol dan mendapat apresiasi.
Mereka bersama-sama membangun kesadaran, bagaimana memutus mata rantai penularan covid-19. Mereka menerapkan semua ketentuan dalam pemberlakukan pembatasan masyarakat (PPKM skala mikro.
“Sebenarnya sebelum digaungkan tentang PPKM mikro di Kota Balikpapan, berkat kesadaran warga yang tinggi, kita sudah melaksanakan kegiatan penanganan covid-19,” cerita Ketua RT 34 Ahmad Haerudin.
‘Kita sudah membentuk Satgas Penanganan Covid-19, kita membuat strukturnya, ada Ketua Satgasnya,”katanya yang akrab disapa bang Nepal.
Bersama Satgas, Haerudin memberikan pemahaman kepada warga bahwa covid-19 bukanlah aib. Sehingga warga dengan penuh kesadaran, mau melaporkan jika dirinya dan keluarga telah terpapar tanpa harus malu.
“Saya selaku Ketua RT mendata seluruh warga kita dan yang paling penting saat saya menyampaikan kepada warga jangan malu pada saat terpapar covid-19. Bagaimana penularannya bisa kita putus,” ujarnya.
“Dengan adanya seperti itu para warga yang terpapar alhamdulilah melapor kepada kami, kemudian dari laporan itu kami tindaklanjuti. Bahwa covid-19 ini bukan aib. Jadi covid-19 ini suatu penyakit yang mudah menular,” jelasnya.
BIKIN APLIKASI
Mereka bahkan membuat aplikasi untuk memantau setiap hari kondisi warga dilingkungan RT yang terpapar covid-19 khususnya yang melakukan isolasi mandiri di rumah. Kemudian dilaporkan dalam grup WA Satgas RT.
“Kita membuat satu link aplikasi yang memonitor kondisi harian, bagaimana yang belum sembuh ini kita monitor dari temparaturnya, dari saturasi dalam darah, dari kadar oksigen dalam darah,” ujarnya.
Para ibu-ibu juga dilibatkan, bagaimana mensuport warga yang positif dengan memberi makanan maupun vitamin. Termasuk juga memberikan semangat kepada warga yang terpapar, tidak takut dan bisa segera sembuh.
“Kemudian ibu-ibu ini memasaknya lebih. Jadi makanan pun sampai kita support, vitamin-vitamin kita support kita gantung di pintunya keluarga yang terpapar,” ungkapnya.
“Kemudian ibu-ibu memberikan imun tambahan secara psikologis, nilainya tidak seberapa tapi dikemas dalam bentuk bagus kayak ada keranjang dikasih buah-buah kemudian dikasih tulisan tetap semangat, semoga lekas sembuh,” katanya.
ADA 14 WARGA TERPAPAR COVID-19
Dia mengungkapkan, sejak akhir Desember 2020 ada sebanyak 14 warganya yang terpapar covid-19. Hingga Jumat (19/02), sudah 10 orang yang dinyatakan sembuh dan masih ada 4 orang yang masih menjalani isolasi.
“Yang kami bangga bagaimana penyintas di RT 34 tidak ada yang fatal dan semuanya sembuh sisa 4 orang, 1 orang di isolasi di rumah sakit, 1 orang masih di rumah sendiri,” bebernya.
“Dua orang lagi suami istri masih melakukan isolasi mandiri tapi sudah dalam tahap akhir. Semua dalam kondisi yang bagi. Saya dan Ketua Satgas memonitor setiap hari bagaimana kondisi mereka ,”
Mereka juga dengan penuh kesadaran melakukan tracing, testing, treatment (3T) sebagai upaya pencegahan. Salah satunya melakukan rapid test antigen bersama, ketika ada kontak erat dengan warga yang terpapar.
“Kita juga ada pernah satu kejadian setelah ada yang positif kemudian istrinya sempat kontak dengan beberapa istri warga di lingkungan kami, dari pada berbondong-bondong ke klinik, saya inisiasi bersama warga kita panggil kliniknya kesini,” ujarnya
“Semuanya biaya mandiri masing-masing atas kesadaran warga bahwa kita tidak ingin menularkan covid-19 ini kemana-mana. Saya mencoba mengimplementasikan 3T semuanya yang terpapar dilingkungan kami,” ulasnya.
Dia bersyukur dari hasil rapid tes antigen semuanya dinyatakan negatif. Karena kesimpulannya, penularan yang terjadi berasal dari lingkungan kerja masing-masing atau klaster perusahaan.
“Waktu itu sekitar 23 orang yang dilakukan rapid test antigen dan alhamdulilah semuanya juga negatif. Dari situ kita bisa menarik kesimpulan penularan yang terjadi dari lingkungan tempat kerjanya,” tukasnya.