Penulis : Ramdani
Guna membantu Dinas Kesehatan Kota dalam melakukan tracing kontak erat dari pasien yang terpapar COVID-19, saat ini Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang ada disetiap Kelurahan ikut dilibatkan menjadi petugas tracer yang bertugas mencari kontak eratnya pasien. Salah satu yang diberi amanah ini yakni Serda Jabaruddin yang kesehariannya bertugas menjadi Babinsa di Kelurahan Lamaru, Balikpapan Timur.
Pria yang sudah dua tahun menjadi Babinsa di Lamaru ini menceritakan awal mula dirinya ditugasnya menjadi seorang tracer. Saat itu di April 2020 atau awal pandemi baik Babinsa dan Bhabinkamtibmas dan pihak kelurahan sering dilibatkan oleh pihak Puskesmas untuk mencari kontak erat dari pasien yang terpapar COVID-19, cuma pada saat ini hanya bertugas sebagai pengamanan petugas yang melakukan tracing di lapangan, barulah di April 2021 para Babinsa dan Bhabinkamtibmas dilibatkan langsung mencari kontak erat dan melaporkan ke pimpinan dan dinas terkait melalui bantuan aplikasi.
“Memang tidak ada pelatihan khusus, cuma diberi tahu cara penggunaan aplikasi laporan tracing, kami juga di lapangan biasa bersama dengan petugas dari puskesmas,” ujar Jabaruddin.
Sebelum melakukan tracing ke lapangan biasanya pihak kelurahan akan mendapat laporan melalui grup whatsapp kalau ada warganya yang terpapar COVID-19 dari Dinas Kesehatan Kota, barulah setelah itu petugas tracer bekerja untuk melakukan proses tracing ke mereka yang dianggap kontak erat.
“Kadang ada juga yang dilaporkan ke kami memang domisilinya tempat tinggal di Lamaru, tapi KTP-nya masih kelurahan Manggar, kalau seperti ini tetap kami cari kontak eratnya,” akunya.
“Kami juga ingatkan kepada Ketua RT setempat untuk dapat dibantu misalnya kebutuhannya kalau ada warga yang isolasi mandiri di rumah,” tambahnya.
Dikatakan Jabaruddin mencari kontak erat pasien COVID-19 itu tak mesti harus sampai 15 orang, namun dilihat juga dari wilayah domisilinya, kalau di Lamaru jumlah tracing tergantung sejauh mana aktivitas warga yang terpapar COVID-19, kalau sering beraktivitas di masjid dan pasar ini yang agak repot karena banyak yang harus di tracing, tapi yang dipilih memang yang sangat dekat dengan yang terpapar Covid-19.
“Setelah didata warga yang menjadi kontak erat akan dilakukan proses tes antigen di puskesmas, kalau hasilnya positif diminta untuk isolasi mandiri di rumah jika memang tidak ada keluhan,” jelas Jabar.
Selama bertugas menjadi petugas tracer, Jabar mengaku tidak ada batasan waktu untuk melakukan tracing kontak erat, karena melihat pekerjaannya yang juga banyak mengurusi tugas yang lainnya, sehingga jika tidak bisa langsung turun ke lapangan biasanya proses tracing akan melalui komunikasi handphone.
“Kami juga dituntut sama Pimpinan kita karena harus melaporkan hasil tracing, kalau saya ke lokasi tracing cuma sendirian tidak ditemani petugas lainnya, nanti kesulitan untuk pembuatan dokumentasi dan laporan,” kata pria yang memiliki dua orang anak ini.
Jabar menambahkan, saat melakukan proses tracing terkadang ada juga warga yang merasa takut didatangin oleh petugas, padahal cuma mau ditanya apakah dalam kurun waktu beberapa hari ini ada kontak erat misal dengan si A, tapi tetap saja mereka merasa takut kadang ada yang bilang nanti pekerjaan mereka terganggu kalau dinyatakan positif dan bisa menggangu ‘piring nasi’ di rumah.
“Sebagai petugas ya saya katakan kalau kedatangan kami hanya mencari data tracing jadi tidak usah takut,” kata Jabar.
Di sisi lain, sebagai petugas tracing dan Babinsa, Jabar mengaku ada perasaan takut saat melakukan proses tracing kontak erat, karena mereka belum tahu warga yang ditracing ini sudah positif COVID-19 atau belum terutama mereka yang orang tanpa gejala (OTG) akan sulit dibedakan. Untuk itu selama bertugas dirinya selalu menerapkan protokol kesehatan yang ketat, mulai dari pakai masker dan selalu menjaga jarak dengan warga yang masuk dalam daftar tracing.
“Jadi kalau wawancarai warga yang kita tracing jaga jarak misalnya di luar pagar rumah, selain itu kami juga sudah dibekali vitamin dan juga sudah mengikuti vaksinasi, tapi tetap prokes tetap dilakukan,” ujar Jabar.
Jabar berharap dalam proses tracing kontak erat tidak ditemukan ada warga yang terpapar, karena itu bisa memutus mata rantai penyebaran COVID-19, coba kalau ada yang positif dari hasil tracing kontak erat, mau tidak mau akan dicari lagi siapa saja yang menjadi kontak erat berikut.
“Kalau di Lamaru ini selama saya mendampingi dan bertugas baru satu orang yang dinyatakan positif dari hasil tracing kontak erat, itupun yang bersangkutan diketahui termasuk OTG, sehingga diminta untuk isolasi mandiri,” tutupnya. *** selesai***