BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Keberadaan petani porang di Kota Balikpapan masih belum terlalu banyak, meski begitu budidaya porang memiliki potensi besar untuk menembus pasar ekspor jika dikelola dengan baik jika turut serta mendapat dukungan dari pemerintah.
Jaimansyah salah seorang petani porang yang ada di Balikpapan mengaku, saat ini budidaya porang di Kaltim masih dalam proses pengembangan belum menyentuh ranah ekspor meski potensi itu ada, hal ini diakibatkan kesulitan dalam pengadaan bibit.
“Kami mulai budidaya porang ini 2020 lalu, dan akhir tahun ini diharapkan sudah bisa dipanen, karena siklusnya sudah enam bulan, yang harusnya sudah bisa dipanen,” ujar Jaimansyah.
Dikatakan Jaimansyah dengan pembudidayaan ini tentu diharapkan porang bisa tumbuh dan ukuran yang seragam saat dipanen, tidak berbeda beda ukuran seperti porang yang tumbuh bebas di hutan ada yang besar dan kecil.
“Pabrik sendiri menerima porang yang diolah itu beda-beda ada yang beratnya 0,5 kg, atau ada 0.8 kg keatas,” akunya.
“Untuk harga ada yang Rp 225 ribu per kilo dengan isi 100-150 biji, yang dalam bentuk spora dihargai Rp 1,1 juta per kilo dengan isi 5 ribu biji,” tambahnya.
Sebagai pembudidaya porang di Balikpapan, Jaimansyah tentu berharap ada dukungan dari pemerintah kota untuk dapat memajukan dan mengembangkan budidaya ini.
“Kami sudah pernah minta tambahan penyuluh yang ahli dibidang porang ini, kemudian tolong disediakan bank bibit sehingga bibit mudah didapatnya,” harapnya.
Menurut Jaimansyah bibit itu sangat diperlukan, kalau petani yang membuat itu butuh proses satu bulan baru tumbuh, artinya satu bulan mereka kehilangan pendapatan.
“Kemudian lahan yang luas ini sebenarnya sudah tak layak lagi dicangkul harus menggunakan mekanisasi, oleh karena itu kami minta tolong dianggarkan pembelian traktor, termasuk pompa air, dan infrastruktur jalan agar bisa ditingkatkan,” tutupnya.