BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com — Pemeritah Kota Balikpapan melalui Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan meski masih ditengah pandemi Covid-19 tetap berusaha menurunkan angka kasus anak mengalami stunting di Kota Balikpapan.
Kepala DKK Balikpapan, Andi Sri Juliarty mengatakan, ada dua program yang dilakukan dalam penanganan stunting di Kota Balikpapan yakni melalui Intervensi spesifik sama intervensi sensitif keduanya harus berjalan bersamaan.
“Kalau spesifik yang difokuskan pada kesehatan mulai dari hamilnya, periksa hamilnya, sampaikan vitamin dan lahir bayinya, termasuk pemberian vitamin penambah darah kepada remaja putri,” ujar Andi Sri Juliarty kepada Inibalikpapan.com, Kamus (17/3/2022).
Dio bisa Andi Sri Juliarty disapa menambahkan, kalau intervensi sensitif yang berhubungan dari OPD lain yang berhubungan sama program penanganan stunting, contoh biar Dinas Kesehatan Kota membuat program bagus, kalau tidak didukung OPD lain, misal Dinas Pertanian yang menyiapkan sayuran, makanan bergizinya tidak melakukannya, sehingga program dari Dinas Kesehatan Kota tidak akan berjalan dalam hal asupan gizinya.
“Sehingga ada dua kelompok intervensinya menentukan keberhasilan penanganan stunting di Kota Balikpapan,” aku Dio.
Untuk itulah, karena banyak yang terlibat maka program penanganan stunting juga dibantu Bappeda dalam hal programnya, memang kasus stunting di Balikpapan ada penurunan, dan baru turun tahun ini saja.
“Hal ini disebabkan pandemi Covid-19, sehingga program banyak yang gak jalan, misal posyandu tidak bisa berkumpul, pemantauan kesehatan ke sekolah-sekolah oleh pihak Puskesmas juga tidak berjalan,” kata Dio.
Kata Dio, pada tahun 2018 jumlah data Balita di Balikpapan ada 18.824 yang terkena stunting capai 948 dengan presentase 5 persen, untuk di 2020 jumlah balita mencapai 18.248 yang terkena stunting capai 2.412 atau naik jadi 13 perse, namun pada 2021 jumlah balita 18.517 yang terkena stunting 1.892 atau 10 persen.
“Ada penurunan kasus stunting di 2021, dan ini terus kami upayakan presentasenya semakin turun di 2022 ini yang targetnya mencapai 9 persen,” imbuhnya.
Adapun target penurunan kasus stunting di Kota Balikpapan capai 5 persen sesuai dalam RPJMD Wali Kota Rahmad Mas’ud, yang mana DKK Balikpapan telah menyiapkan juga Program CERITA Stunting. CE singkatan dari CEgah, RI singkatan dari JaRIng dan TA singkatan dari TAngani.
“Sehingga semua harus bergerak bersama disemua bidang, dalam penanganan stunting, contohnya di kelurahan sudah ada pembentukan kader pembangunan manusia,” ujarnya.
“Selain itu dalam penanganam stunting DKK Balikpapan di tahun 2022 mendapat anggaran dari APBD Kota senilai Rp 750 juta, sedangkan dari APBN mendapat Rp 199 Juta,” tutupnya.
Untuk diketahui Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.
Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun.