Penulis : Amir Syarifuddin dan Ramdani
Bila satu orang yang positif COVID-19 bisa menularkan sekurangnya ke 15 orang lainnya, maka berapa yang mungkin tertular dari 24 orang yang positif dari cluster Bhumi Nirwana? “Syukurlah bukan itu yang terjadi,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Balikpapan dr Andi Sri Juliarti.
Mereka yang sukses mencegah itu adalah para tracer, petugas penelusur jejak pasien, menemukan kontak erat atau suspect. Mereka yang menelusuri dengan siapa saja pasien positif COVID-19 bertemu dalam sekian hari terakhir, di mana saja, berapa lama, dan akhirnya menentukan suspect atau kontak erat, orang yang dicurigai turut membawa si virus berkeliaran. “Kalau bagaimana memulai tracing atau pelacakan, bisa sangat sederhana. Ada pasien yang terkonfirmasi positif,” kata Bintara Pembina Desa (Babinsa) Kelurahan Lamaru Sersan Dua (Serda) Jabaruddin.
Babinsa adalah prajurit TNI yang ditugaskan mendampingi masyarakat di tingkat kelurahan. Pada satu kelurahan bertugas 1 Babinsa. Kepolisian juga punya personel yang bertugas serupa dengan sebutan Bhayangkara Pembina Keamanan Ketertiban Masyarakat atau Bhabinkamtibmas.
Di masa COVID-19 ini, mereka diperintahkan institusinya masing-masing untuk turut membantu tracing, mencari mereka yang diduga terpapar virus. “Dari yang positif inilah kami mulai cari keterangan tambahan,” lanjut Serda Jabar.
Pertanyaan bisa langsung diajukan ke orang yang positif itu, bisa juga orang dekatnya, keluarga, temannya sendainya dia tidak bisa menjawab sendiri karena sakitnya parah, misalnya. Pun, untuk meminimalisasi risiko, tracing tidak langsung bertatap muka. “Bisa kami telepon, bisa kami temui langsung,” tutur Serda Jabar.
Dari satu orang yang positif itu, para tracer berusaha menemukan suspect atau orang lain lagi yang dicurigai juga terpapar dari si positif yang pertama. Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Balikpapan dr Ahmad Jais, para tracer harus menemukan antara 2-15 orang kontak erat atau suspect.Dengan panduan aplikasi Si Lacak, para tracer menelusuri siapa saja yang dekat atau pernah berkontak dengan pasien positif. “Bisa mulai dari keluarga,” kata dr Jais.
Lalu ke teman olahraga, teman kerja, teman ibadah, ke sejumlah orang di mana pasien positif menghabiskan waktu sekian lama. “Setiap orang juga bisa kasuistik. Bila orangnya aktif, sibuk, banyak jalan, maka kontak eratnya mungkin bisa sampai 50 orang,” tambah dr Jais.
Para tracer diberi waktu maksimal 3 hari untuk menemukan dan menentukan para kontak erat dan orang-orang yang dicurigai tersebut. “Lebih cepat lebih baik, untuk segera membatasi kemungkinan penularan,” kata dr Jais.
Siapa pun yang kemudian ditetapkan oleh tracer sebagai kontak erat atau sebagai suspect, harus menjalani tes untuk memastikan keadaannya. Kemudian, bila hasil tesnya positif, maka tracer kembali menelusuri jejak dengan awalan si pasien positif yang baru. Bila seluruh kontak erat atau suspect dari pasien positif ini hasilnya negatif, maka penelusuran selesai.
DARI JALAN RAYA, BANDARA, DAN PELABUHAN
Ada pula penelusuran yang dimulai secara acak. Satgas Penanganan COVID-19 Balikpapan membuat pos pemeriksaan di Pelabuhan Semayang dan Bandara Sepinggan, dan di Km 23 Jalan Soekarno-Hatta.
“Kami memeriksa secara acak penumpang yang baru turun dari kapal dan pesawat terbang, juga dari kendaraan yang melintas di jalan raya dengan arah masuk kota Balikpapan,” jelas dr Jais.
Di Bandara, misalnya, setelah penumpang mengambil bagasi atau menuju pintu keluar, petugas memilih dengan cepat beberapa orang untuk dites rapid antigen. Tes ini tentu gratis. Untuk penumpang kapal laut, petugas naik ke kapal sesaat setelah kapal sandar. Para penumpang belum diizinkan turun sementara sejumlah orang yang dipilih acak menjalani tes.
Untuk pos pos di Km 23 atau di Jalan Mulawarman, Lamaru, petugas kepolisian membantu menghentikan kendaraan dan memeriksa ketaatan pada protokol kesehatan setiap orang yang ada di kendaraan.
BERSAMBUNG