SENIPAH –Kegigihan Andi Muzakar (46) Manager Yayasan Pembangunan Masyarakat (Yapenmas) Senipah bersama 5 rekan dalam pengembangan program Sarana Air bersih (SAB) di Rt 04 Kelurahan Senipah, membuat masyarakat tersenyum. Warga kini lebih mudah mendapatkan air bersih.

Awalnya pada 2002 lalu, hanya 135 KK yang menikmati. Kini mereka sangat terbantu untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bahkan sudah meluas ke delapan RT di kelurahan Senipah.

Andi Muzakar Meski berperawakan kurus, pria dengan kulit sawo matang, bapak enam anak ini dengan kerjakeras bersama timnya dan dibantu serta dibina secara berkelanjutan oleh Total Indenesie, Yapenmas Senipah berhasil membangun sarana air bersih. Bahkan
dukungan dan kepercayaan telah diraih pengurus.

Dulu sebelum 22 Juni 2002 atau 14 tahun silam, masyarakat sangat sulit mendapatkan air bersih. Warga harus membeli di tangki air yang harganya di jika dihitung jauh lebih mahal.
“Sebelum ada ini memang kita krisis air. Masyarakat sulit sekali mendapatkan air bersih,” ujarnya mengawali ceritanya belum lama ini.
Bantuan pembangunan sumur dalam dan instalasi air dari perusahaan migas asal Prancis ini, menyadarkan pria yang kerap mengenakan peci haji putih ini untuk ikut menyumbangkan tenaga, pikiran dan waktunya membantu masyarakat.

Di lokasi Sumur pertama, Yapenmas memiliki ruang kontrol IPAM dengan instalasi listrik sederhana, sebuah genset dan gudang kecil yang dijaga oleh petugas secara bergantian. Proses pengolahan air bersih cukup sederhana. Air yang dipompa dari sumur dalam, diproses melalui aerator dan filter sebelum dialirkan melalui instalasi pipa induk dan pipa distribusi. Kualitas air bersih ini telah diuji di laboratorium yang hasilnya sesuai dengan standar baku air bersih.

Menurutnya kebutuhan air sangatlah vital bagi siapapun utamanya manusia. Diapun menceritakan sebelum ada SAB ini, sudah ada bantuan yang lebih besar dari Total Indonesia untuk program air bersih namun hal itu tidak berjalan karena hanya membangun bak-bak penampungan air.
“Itu awal tahun 2000 oleh pengurus lama tapi tidak berjalan bantuan hampir Rp1 miliar. Lalu dibubarkan pengurus itu. Dua tahun kemudian didirikan Yapenmas Senipah ini dengan bantuan awal Rp350 juta untuk pembangunan sumur bor dengan kapasitas 5 liter/detik, instalasi air dan jaringan pipa ke masyarakat sebanyak 135 KK,” terangnya.

Pengelolaan air bersih oleh masyarakat mungkin hanya ada di Kelurahan Senipah, kecamatan Samboja, Kabupaten Kukar. Lokasinya memungkinkan karena berada di hamparan lahan hijau dengan kontur areal berbukit rendah. SAB Yapenmas lokasi tidak jauh dari operasional Senipah, Peciko dan South Mahakam (SPS) kurang lebih berjarak 1-2 Km. Disini, air tanah masih berlimpah ruah.

Diakui Andi, Pengolalaan air bersih oleh PDAM setempat sudah ada namun hanya sampai pada RT07. Itupun menurutnya tidak banyak yang berminat. Namun melalui Yappenas Senipah, masyarakat mempercayai dan menaruh hati. Pelanggan yang memakai SAB Yapenmas hingga 10 kubik hanya dikenakan Rp15 ribu dan sekarang telah dinaikan menjadi Rp20 ribu per 10 kubik. Bagi pelanggan yang melebihi 10 kubik maka perkubik dikenakan Rp3000. “ Kalau PDAM Mungkin beda harganya,” sebutnya .

Kini sudah ada 8 RT atau kurang lebih 3000 jiwa menikmati air bersih yang dikelola Yapenmas Senipah. Jumlah sumurnya pun kini sudah mencapai 4 sumur dalam. Bahkan pihaknya sudah mampu membeli lahan disebelah instalasi lama di RT 04 bersama penampungan airnya dengan luasan 10×40 meter.

“Kalau yang lama lokasi sumur bor dan penampungan air sebanyak 50 ton air itu berada di lahan warga. Kita sewa punya pak Ali Awaluddin perbulan Rp2 juta. Kalau yang sebelah itu sudah punya sendiri,” ungkapnya.

Manager Yapenmas Senipah Andi  Muzakar  (kemeja putih) Saat dikunjungi Media belum lama ini.
Manager Yapenmas Senipah Andi Muzakar (kemeja putih) Saat dikunjungi Media belum lama ini.
Pengelola berharap dapat membeli lahan itu namun harga yang ditawarkan pada 2014 lalu dengan luas lahan dua kavling itu sebesar Rp300 juta padahal perkavling tanah disekitarnya hanya Rp5 juta saja. “Kita merasa itu (Rp300 juta) terlalu mahal makanya nggak jadi,” tuturnya.

Meski dikelola oleh Yayasan namun secara managerial pihaknya berupaya membuat laporan yang mendekati profesional. Pihaknya juga sejak lama melalukan pembagian tugas yakni dari tim penjaga dan pengelolaan air, penagihan hingga bagian administratif.
“Perjuangan awal sungguh luar biasa pak, bahkan sampai warga nggak mau dipasang pakai meteran. Ada juga nggak mau bayar kita bahkan pernah dibawain parang tapi itu dulu. Kita lakukan penedekatan persuasif mereka sekarang akhirnya paham,” kenang masa lalu.

Dalam menjalankan usahanya, unsur sosial juga menjadi pendekatan yang dilakukan oleh pengelola. pihaknya menggratiskan untuk fasilitas rumah ibadah seperti gereja, masjid, sekolah. Termasuk gakin kita beri kelonggaran.
Air yang dihasilkan ini juga digunakan oleh warga untuk usaha air isi ulang. “Air ini bisa diminum tentu setelah dimasak,” kata pria asal Bone, Sulawesi Selatan ini.

Untuk pemasangan baru, pelanggan pun hanya dikenakan Rp1 juta sedangkan di PDAM yang dikelola perusda seperti di Balikpapan dikenakan Rp2,5 juta. Itu pun masih harus dilihat apakah terdapat pipa induk dan ketersedian airnya. Kata andi cukup satu hari, pelanggan baru dapat menikmati air bersih di rumahnya. “Tapi kita lihat juga apakah jaraknya jauh dari instalasi yang sudah ada. Kalau sudah ada cukup satu hari terpasang,” ucapnya.

Wagimanto Ketua RT 08 Kelurahan Senipah Jalan Sidodadi yang jaraknya dua kilometer kearah utara ini dari Instalasi SAB Yapenmas berharap pula bersama warganya dapat menikmati air bersih ini. “Listrik dan jalan sudah ada sekarang tingal air bersihnya kita belum punya,” tuturnya

Atas permintaan ini, rencananya pihak Yapenmas akan memperluas jaringan distribusi pipa untuk air bersih bagi warga yang tinggal di Rt 08, Kelurahan Senipah. “Disana lokasi berbukit kita akan pasang pendorong air. Kalau tidak memungkinkan kita mungkin pasang instalasi baru. Jaraknya 2 km dari sini,” ungkap Andi.

Sementara seorang warga yang tinggal di Rt 06 Acong (38) mengaku sangat terbantu dengan kehadiran SAB Yapenmas dibantu Total Indonesie. Sebelumnya, Acong tinggal bersama istri dan 3 anaknya menggunakan air sumur sendiri. Sekarang, Untuk keperluan minum, mandi, cuci dan kakus menggunakan air dari Yapenmas. namun kadang masih harus membeli air isi ulang dengan harga Rp4000 untuk keperluan minum. “Kadang air bau kayak gas, kualitas air kadang bagus sekali kadang keruh,” ungkapnya.

Meski kualitas air bersih tidak seperti air PDAM namun hal itu sudah sangat membantu warga. Pihak pengelola bahkan tidak menggunakan bahan kimia untuk menjernihkan airnya. “Sangat pak sangat terbantu, karena dulu meski ada sumur kita kadang beli air tangki juga,” tambah Acong.

Pengelolaan air bersih biasanya dilakukan oleh pemerintah daerah melalui perusda PDAM. Namun di Senipah hal ini menjadi kenyataan, selama 14 tahun silam hingga sekarang air dapat dikelola oleh masyarakat dan untuk masyarakat tanpa menjadi beban setiap pelanggannya.

Di Balikpapan, penanganan air bersih dilakukan PDAM kota. Diakui Dirut PDAM Balikpapan Haidir effendi juga ada dikelola masyarakat. “Tapi saya lihat itu banyak di perumahan-perumahan, mereka punya WTP. Kita nggak ada akses kesana,” katanya.

menurutnya pengelolaan air oleh masyarakat diluar pengusaha perumahan atau mengembang, pengeloalan air bersih itu mustahil mengingat sulit sekali membangun sumur dalam. Belum lama ini dikawasan Sepinggan jalan Syarifuddin Yoes, warga saat menggali sumur dalam 100 meter justru yang keluar gas metan dan pasir bercampur air.

Meski berkontur bukit geografis Balikpapan namun untuk daerah cekungan yang menyimpan air di Balikpapan minim sekali. Hal ini dipernah disampaikan ahli air sumur dalam dari pemprov DKI Jakarta beberapa waktu lalu saat hearing dengan DPRD Balikpapan mengenai krisis air di Balikpapan. “Makanya sulit sekali buat sumur dalam disini,” tutur Dirut PDAM nya.

sedangkan untuk tarif air bagi pelanggan PDAM untuk rumah tangga biasa, sebut Haidir rata-rata tiap rumah tangga menghabiskan 20-21 kubik perbulannya dengan harga Rp8000/kubik.
“Disini relatif sedikit penggunaan air antara 20-21 kubik perbulan tapi kalau daerah lain seperti Samarinda itu rumah tangga biasa gunakan 30 kubik perbulan, di Banjarmasim itu 33 kubik,” sebutnya.

Jika membandingkan pada kondisi di Balikpapan, warga Senipah ,Kukar jauh lebih beruntung, disamping memiliki sumber air yang berlimpah, juga masih ada segelintir orang mau mengabdikan hidupnya untuk pemberdayaan masyarakat dibidang sarana air bersih.

Kabupaten Kukar yang merupakan kabupaten terluas dan terkaya sumber daya alam di provinsi Kaltim, jika tidak dikelola secara baik dan benar akan merugikan masyarakat. Wajar bila Total indonesei yang hampir 40 tahun berkarya di Kaltim khususnya Kukar, dalam operasionalnya melibatkan masyarakat.

SAB yang dikelola Yapenmas Senipah bukti nyata bahwa memberdayakan masyarakat jauh lebih penting ketimbang diberikan umpan saja. “ Kami memiliki komitmen kuat untuk pengembangan pemberdayaan masyarakat Kutai pesisir melalui Program Penunjang Operasi (PPO) salah satunya air bersih yang sudah dinikmati lebih dari 3000 jiwa di Senipah,” tutur Kristanto Hartadi, Kepala Departemen Hubungan Media Total E&P Indonesie.

Setelah 14 tahun berjalan, SAB ini telah dinikmati oleh lebih 700 kk atau lebih dari 3000 jiwa yang tersebar di RT 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12 , 15 dan RT 16, dengan rata-rata pemakaian warga 15 kubik perbulan.

Menurutnya, TEPI tidak dapat bekerja sendirian namun perlu keterlibatan masyarakat dan pemerintah daerah dalam program penunjang operasi TEPI, utamanya disekitar wilayah operasional Terminal Senipah ini.
“Kami berharap program berkelanjutan ini dapat menyediakan sanitasi yang baik bagi masyarakat sekitar. Lebih khusus lagi meningkatkan kebersamaan dan kesatuan masyarakat dalam pengelolaan sarana air bersih,” pungkasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version