BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Dinas Kesehatan Kota Balikpapan menemukan satu kasus gizi buruk pada Februari 2018 ini.

Satu kasus tersebut kini ditangani oleh tim medis dengan pengawasan langsung puskesmas maupun dokter spesialis anak.

Satu kasus yang ditemukan itu bayi berusia 7 bulan dengan berat badan 3,1 Kilogram, yang seharusnya bayi tersebut berat badannya sekitar 7 kg.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Balerina JPP mengatakan
sejak ditemukan kasus gizi buruk itu, tim dari puskesmas langsung memantau kesehatannya dan merujuk ke dokter spesialis agar segera ditangani. Saat ini dalam perawatan dengan memantau gizi yang diberikan.

“Satu kasus yang ditemukan itu di kawasan Kelurahan Teritip, Balikpapan Timur, kemudian dirawat dan sudah ditangani oleh spesialis anak. Kemarin orang tua sempat menolak, kemudian setelah diberikan pengertian kondisi bayinya yang berat badannya yang kurang langsung mau,” jelasnya (19/2/2018).

Balerina menyebutkan sepanjang tahun 2017, jumlah kasus gizi buruk di Balikpapan mencapai 11 kasus dengan rata-rata kasus balita. Menurutnya jumlah kasus tidak jauh berbeda dengan kasus tahun 2016 sebanyak 10 kasus. .

“Tahun lalu ada 11 kasus, kemudian 2018 sebanyak 1 kasus. Upaya yang dilakukan dalam penanganan gizi buruk adalah telah melakukan kerjasama dengan tim penggerak PKK yaitu mengadakan pemberian makan bagi anak dan balita di daerah rawan,” terangnya.

Balerina menilai gizi buruk yang terjadi di Kota Balikpapan karena pola asuh ataupun ada penyakit lainnya yang perlu pengobatan.

” Bukan karena kemiskinan. Karena pola asuh seperti tidak memberi ASI Eksklusif, karena usia anak terlalu rapat, pola makan. Kalo bayi sampai enam bulan itu perlu ASI, tapi kalo sudah diberikan gizi dari asi yang diberikan seperti apa, kemudian pola makannya. Jadi bukan karena kemiskinan,” tandasnya.

Kabid Bina Kesehatan Masyarakat DKK Sri Juliati mengatakan pihaknya juga kerjasama dengan tim penggerak PKK dalam pencegahan dan penanggulangan gizi buruk.

Namun puskesmas saat ini menjadi garda terdepan dalam memantau situasi gizi buruk di lingkungan kerjanya.

“Pertama puskesmas yang terdepan selalu bergerak, yang menemukan kasus juga puskesmas, kemudian di rujuk ke rumah sakit. Temuan kebanyakan balita, di Timur. Penanganan gizi buruk ada tahapannya dari merah, kuning kemudian hijau,” sambungnya.

Dia menambahkan dari jumlah kasus yang ditemukan terus dilakukan perawatan sesuai dengan tahapannya hingga tahap hijau dimana usia dan berat badan sesuai ataupun ideal.

“Tidak ada korban jiwa dalam gizi buruk, semuanya penanganannya sesuai dengan tahapan,” tukasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version