BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Tingginya jumlah impor itu lantaran geografis Kota Minyak, yang sulit mewujudkan ketahanan pangan secara mandiri. Balikpapan sendiri lebih dikenal sebagai kota jasa dan industri.

“Pasokan kebutuhan pangan dari luar sebesar 85 persen. Produksi kita hanya mencapai 15 persen, dibantu komoditi dari dataran rendah,” ujar Kepala Dinas Pangan, Peternakan dan Perikanan (DP3) Balikpapan, Heria Prisni kepada media, Kamis (26/1/2023).

Komoditi dari dataran rendah yang dimaksud, sambung Heria, berupa hasil tanaman hortikultura. Seperti cabai, bayam, sawi dan sejenisnya. Tanaman hortikultura pun digencarkan melalui program urban farming atau hasil pertanian dalam kota.

Ia juga menjelaskan, pihaknya akan terus menggencarkan pertanian dalam kota dan memaksimalkan lahan pertanian yang ada. 

“Hal ini sebagai bentuk langkah optimis menggenjot hasil produksi pangan lokal,” jelasnya.

Selama ini Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terus berkomitmen mewujudkan kedaulatan pangan daerah. Terlebih pangan menjadi salah satu unsur kebutuhan utama yang menyangkut hajat hidup masyarakat.

Sebelumnya, Gubernur Kaltim Isran Noor, menyampaikan persoalan pangan menjadi isu strategis yang harus selalu diperjuangkan untuk diselesaikan Pemerintah Provinsi. Namun persoalan pangan di daerah, begitu kompleks.

Semisal keterbatasan lahan yang dialami Balikpapan. Meski begitu, Heria tetap berkomitmen untuk menggenjot hasil produksi pangan lokal.

“Dengan terbatasnya lahan, kita siasati melalui program pangan di pekarangan. Yang melibatkan masyarakat Balikpapan,” pungkasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version