BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com—Harga cabai yang kerap mengalami kenaikan pada musim-musim tertentu, turut berimbas pada kenaikan inflasi. Komuditas cabai merupakan salah satu kompenen utama yang menyebabkan kenaikan inflasi di Kota Balikpapan. 

Seperti pada pekan ini, harga cabai rawit di pasar tradisional tembus diangka 65 ribu sampai dengan 80 ribu rupiah per kilo gram.

“Secara nasional, tingkat inflasi saat ini sudah mencapai 3 persen. Balikpapan termasuk kota dengan inflasi tinggi karena hampir seluruh bahan pokok berasal dari luar kota, termasuk cabai,” kata Walikota Balikpapan Rizal Effendi, dalam Lauching Program Gerakan Wanita Matilda di Kantor Bank Indonesia Balikpapan pada Selasa (30/07/2019).

Menyikapi tingginya harga cabai di Balikpapan, Walikota Rizal Effendi mengajak masyarakat kota untuk memanfaatkan penggunaan cabai bubuk. Cabai bubuk dapat digunakan ketika terjadi kekosongan stok atau ketika harga melambung tinggi di pasaran. Sehingga cabai bubuk dapat menjadi alternatif bagi masyarakat ketika terjadi kekosongan stok cabai yang menyebabkan harga melambung tinggi.

Dengan mengendalikan permintaan cabai segar di pasaran, juga turut membantu terkendalinya inflasi kota.

“Diluar negeri hampir tidak  ada lagi cabai segar, hanya di tempat tertentu saja. Kita Indonesia bubuk cabai hanya saat makan mie instan. Kalau kita atur ketika produksi cabai bagus tidak terlalu hujan berlebihan kita buat cabai bubuk. Ketika produksi turun musim hujan, kita pakai cabai bubuk,” kata Rizal.

Gerakan Wanita Matilda (GWM) yang dibentuk oleh Bank Indonesia Balikpapan bersama Pemerintah Kota dan Tim Penggerak PKK Kota dalam rangka pengendalian inflasi daerah.

Walikota Rizal menjelaskan, melalui program PKK pihaknya mendorong masyarakat untuk lebih meningkatkan pemanfaatan pekarangan rumah untuk ditanami sejumlah tanaman yang bahan dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti cabai dan sayur-sayuran termasuk tanamanan obat keluarga. Sehingga budidaya tanaman secara urban, yang merupakan program dari GWM, bukan merupakan hal yang baru.

“Urban farming itu sebenarnya bukan hal baru di PKK. Dimana saja tanah kosong ditanami. Itu masuk dalam program Hatinya PKK. Ada tiga tanaman yaitu tanaman gizi, toga atau apotik hidup dan kolam,” kata Rizal.

Pada kesempatan sama,  Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Bimo Epyanto mengatakan GWM sendiri diikuti 200 peserta wanita dari perwakilan 20 kelurahan di Kota Balikpapan. Masing-masing kelurahan akan diberikan bantuan sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) untuk melakukan sosialisasi serta 1.000 bibit tanaman cabai dan 100 bibit tomat untuk mendukung kegiatan urban farming.

Peserta juga akan dibekali budidaya tanaman secara urban dengan pemanfaatan lahan pekarangan oleh narasumber yang telah berpengalaman. Program ini berlangsung sejak 30 Juli 2019 sampai dengan Oktober 2019.

“Melalui kegiatan GWM ini, Bank Indonesia dan Pemerintah Kota Balikpapan mengharapkan terdapat peningkatan awareness para wanita sebagai pengelola keuangan keluarga tentang berbelanja secara bijak, pemanfaatan lahan pekarangan (urban farming) oleh masing-masing rumah tangga sehingga dapat memenuhi kebutuhan terhadap komoditas holtikultura secara mandiri,” kata Bimo.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version