Alarm Kecanduan Gawai Anak Meningkat: Orang Tua Diminta Jadi Pendamping Digital, Bukan Sekadar Pengawas
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Ancaman kecanduan gawai pada anak-anak kian nyata. Pakar literasi digital Gun Gun Siswadi memperingatkan bahwa perubahan perilaku seperti menarik diri dari lingkungan sosial hingga gangguan pola tidur adalah tanda awal yang tak boleh diabaikan.
Ia menegaskan, orang tua harus naik kelas, dari sekadar pengawas menjadi pendamping aktif di era digital.
“Begitu perilaku anak mulai berubah, orang tua sebaiknya segera merancang strategi pendampingan. Jangan tunggu sampai anak kehilangan koneksi sosial sepenuhnya,” ujar Gun Gun dalam diskusi literasi digital, Rabu (30/7/2025).
Gun Gun menyebutkan, tanda-tanda kecanduan gawai antara lain:
- Anak lebih memilih menyendiri
- Enggan berinteraksi dengan teman atau keluarga
- Langsung kembali ke gawai setelah kegiatan sosial
Jika dibiarkan, efek jangka panjangnya sangat serius, termasuk gangguan emosi, penurunan konsentrasi belajar, dan kerusakan hubungan sosial.
Data Mengejutkan: Anak Usia Dini Sudah Terkoneksi Internet
Berdasarkan data BPS 2024, sebanyak 39,71 persen anak usia dini di Indonesia sudah menggunakan ponsel, dan 35,57 persen telah mengakses internet. Bahkan, 5,88 persen bayi di bawah 1 tahun sudah terpapar gawai.
Angka ini meningkat drastis seiring usia:
- 37,02% anak usia 1–4 tahun pakai ponsel
- 58,25% anak usia 5–6 tahun sudah aktif menggunakan gawai
- 51,19% anak 5–6 tahun telah menjelajah internet
- Anak-anak di wilayah tertinggal usia 13–14 tahun mulai kecanduan media sosial
Data UNICEF juga mencatat, setiap setengah detik, satu anak di dunia pertama kali mengakses internet. Di Indonesia, 9,17% pengguna internet adalah anak di bawah 12 tahun.
Orang Tua Jadi Role Model Digital
Menurut Gun Gun, pengawasan saja tidak cukup. Orang tua harus paham platform digital, tahu cara menyaring konten, dan membentuk budaya digital yang sehat di rumah.
“Literasi digital harus dimulai dari rumah. Jangan tunggu anak terpapar konten berbahaya baru bertindak,” tegasnya.
Tips Praktis Hadapi Tantangan Digital di Rumah:
- Batasi screen time anak usia SD maksimal 1–2 jam/hari
- Terapkan zona bebas gawai di rumah, misalnya ruang makan & kamar tidur
- Gunakan parental control dan browser ramah anak
- Lakukan dialog terbuka tentang keamanan & etika digital
- Ikuti pelatihan literasi digital, baik online maupun komunitas sekolah
Literasi Digital: Bukan Lagi Pilihan, Tapi Kewajiban
Gun Gun menegaskan, kecanduan digital pada anak adalah isu perlindungan anak, bukan sekadar persoalan teknologi. Karena itu, literasi digital keluarga perlu dijadikan program nasional—bukan opsional.
“Ketika orang tua bijak menggunakan gawai, anak akan meniru. Role model pertama itu ada di rumah,” tutup Gun Gun. / Info Publik
BACA JUGA
