BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Harga cabe yang kerap melambung, bahkan di Balikpapan sempat menembus Rp 120 ribu per kg, hal itu membuat Pemerintah kota pusing, khususnya ibu-ibu rumah tangga.

Karena itu harus ada yang dilakukan sehingga ketika harga cabe melambung masyarakat tidak lagi mengeluh. Salah satunya dengan menanam atau berkebun cabe di halaman rumah ataupun halaman kantor dan sekolah.

Seperti yang dilakukan di SMA Negeri 3 Balikpapan, karena sejak Awal Mei 2016 lalu melakukan penanaman cabe menggunakan poliback di sekitar halaman sekolah. Saat ini terdapat 1268 tanaman cabe dimiliki sekolah. Hanya butuh dua bulan atau Juni 2016 panen perdana sudah dapat dinikmati.

Mereka bahkan telah berhasil panen seberat 315 kg atau jika diuangkan dengan harga Rp50 ribu sekita Rp17 juta uang dihasilkan. Harga jual yang ditawarkan murah, cabe ini pun bebas dari pestisida karena dirawat dengan menggunakan pupuk dan anti hama organik.

“Kami jual antara Rp50-70 ribu kalau sekarangkan cabe masih Rp100 ribu ya. Tapi kebanyakan pembelinya orangtua murid, guru, keluarga dari guru dan kantin sekolah. Kalau dari masyarakat sekitar tidak ada. Uang kita belikan pupuk organik dan dikembangkan lagi untuk tanaman cabe,” tutur Lena didampingi Sri Eko Patmi Kordinator Adhiwiyata SMA Negeri 3, Balikpapan.

Satu tanaman cabe di poliback ini dapat menghasilkan 0,5 kg cabe dengan kualitas baik.Areal yang dimiliki tidak luas namun terdapat 4 kavling lahan yang digunakan sekolah untuk tanaman cabe yang diberikan bibit dan pembinaan dari Bank Indonesia.

“Di Balikpapan ada 30 sekolah ikut prorgam pengendalian inflasi oleh BI. Di sekolah kami tahun 2015 juara 1 nasional sekolah Adhiwiyata dan 2016 juga. Nah di 2017 kita ikut Adhiwiyat Mandiri tingkat nasional dengan program unggulan tanaman cabe,” tambah Sri Eko Patmi.

Bank Indonesia memberikan bantuan berupa bibit cabe dan pembinaan penanganan hama pada bulan April 2016 lalu. “Agak ribet memang kalau sudah agak besar dipindahkan ke poliback yang besar ya kayak bayi lah kita ngurusnya,” kata Sri.
Dalam program inflasi atas Cabe yang sudah digulirkan sejak beberapa tahun oleh BI Balikpapan ini, sekolah wajib melibatkan siswanya.

Sedikitnya ada 30 tim cabe dari siswa SMA 3 yang ikut aktif melakukan perawatan seperti penyiraman dua kali dalam sehari, pemberian pupuk seminggu sekali dan membersihkan sekitar areal tanaman. “ Ya ikut seperti ini kita dapat pengalaman bagaimana menanam dan merawat cabe,”kata Siti Rahmah(16) siswa kelas II bersama yanti dan kawan-kawanya.

“Kan harga cabe lagi mahal, kadang beli disini ibu ya setengah kilo kan lebih murah daripada beli di pasar,” timpal Yanti.

Meski sudah tidak masuk puncak panen cabe, namun cabe jenis Sret dan Baskara yang tumbuh dihalaman terus berbuah dan menghasil siapkan untuk dipanen pada beberapa hari kedepan. Sekolahnya pernah menghasilkan cabe dalam beberapa hari sekitar 20 kg saat Natal dan tahun

“Sekarang sebulan menghasilkan 20 kg. Jenis cabe yang dicari banyak jenis Sret karena lebih tahan lama dan panjang-panjang. Kalau Baksara lebih pendek bentuknya tapi gemuk-gemuk,” ulas Lena yang juga guru Kimia ini.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version