Balikpapan Andalkan Kekuatan Kader Kesehatan untuk Tekan Penyebaran Malaria

ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Alwiati
ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Alwiati

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Di tengah ancaman penyakit menular seperti malaria, Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan mengambil pendekatan yang tak biasa: mengandalkan kekuatan lokal di tingkat kelurahan dan RT. Melalui penguatan peran kader kesehatan masyarakat, upaya pemberantasan malaria kini dilakukan lebih proaktif, cepat, dan terarah, menembus hingga ke tingkat rumah tangga.

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Alwiati, menjelaskan bahwa para kader kini tidak hanya berfungsi sebagai penyuluh kesehatan seperti peran tradisional mereka selama ini, melainkan telah dilatih secara intensif untuk terlibat langsung dalam proses diagnosis dini dan pengobatan awal pasien malaria.

“Mereka menjadi filter pertama. Begitu ada gejala, kader langsung turun tangan. Bila diperlukan, pasien langsung dirujuk ke fasilitas kesehatan. Karena langkah cepat inilah, kasus malaria berat sekarang nyaris tak ada lagi,” ujarnya, Selasa (10/6/2025).

Dibekali Tes Cepat 

Kader-kader ini telah dibekali kemampuan membaca Rapid Diagnostic Test (RDT), sebuah alat uji cepat yang memungkinkan deteksi infeksi malaria dalam hitungan menit. Bahkan, mereka juga diberikan kewenangan terbatas untuk memberikan pengobatan kepada pasien malaria ringan, sehingga pengobatan bisa dimulai secepat mungkin tanpa harus menunggu antrean atau rujukan formal.

“Kader ini menjadi garda terdepan. Mereka tahu siapa saja warganya yang sakit, siapa yang punya gejala, dan siapa yang harus segera diintervensi. Ini adalah bentuk desentralisasi layanan kesehatan yang sangat efektif,” imbuh Alwiati.

Skrining Radius 100 Meter 

Selain menangani kasus individu, kader juga menjalankan strategi jemput bola untuk mendeteksi kemungkinan penularan lokal. Bila satu kasus positif ditemukan di suatu wilayah, akan dilakukan skrining massal dalam radius 100 meter dari lokasi pasien.

Langkah ini bertujuan untuk memastikan tidak ada penularan lokal yang terlewat, mengingat malaria sering kali menyebar secara diam-diam dari satu rumah ke rumah lainnya, terutama di daerah padat penduduk.

“Kami tidak menunggu laporan. Begitu ada satu kasus, kami langsung turun dan periksa semua orang di sekitarnya. Ini bagian dari prinsip zero missed case, tidak boleh ada yang lolos,” tegas Alwiati.

Pos Pemantauan di Titik Strategis

Upaya deteksi dan edukasi masyarakat juga diperkuat dengan kehadiran pos pemantauan di titik-titik keluar masuk wilayah, terutama di area dengan mobilitas tinggi. Lokasi-lokasi seperti terminal, pelabuhan kecil, hingga area pasar menjadi titik strategis untuk memperluas jangkauan informasi dan skrining.

Langkah ini juga sebagai bentuk respons terhadap temuan terbaru bahwa sebagian kasus malaria lokal ternyata diderita oleh warga yang tidak pernah bepergian ke daerah endemis, menandakan adanya kemungkinan penularan lokal yang tidak terdeteksi.

Pengendalian Vektor: Penyemprotan Rumah Hingga Enam Bulan Efektif

Selain intervensi terhadap manusia sebagai inang penyakit, Pemkot Balikpapan juga melakukan pengendalian terhadap vektor pembawa malaria, yaitu nyamuk Anopheles. Salah satunya adalah melalui penyemprotan dinding bagian dalam rumah (indoor residual spraying), yang terbukti dapat mencegah perkembangan nyamuk hingga enam bulan ke depan.

“Penyemprotan ini sangat penting, apalagi jika yang tertular adalah ibu rumah tangga yang nyaris tidak pernah ke luar rumah. Artinya, nyamuk pembawa parasit ada di sekitar hunian,” jelas Alwiati.

Namun demikian, pelaksanaan program penyemprotan dan mobilisasi kader ke lokasi-lokasi rawan masih menanti perbaikan akses jalan menuju wilayah sasaran. Beberapa daerah terpantau sulit dijangkau karena medan yang rusak atau minim infrastruktur dasar.

Masyarakat Jadi Mitra

Di balik segala intervensi teknis dan medis, satu hal yang dianggap paling menentukan keberhasilan program adalah keterlibatan aktif masyarakat. Pendekatan yang digunakan Pemkot bukanlah top-down, tetapi berbasis partisipasi komunitas, di mana masyarakat dilibatkan sebagai mitra sejajar dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit.

“Kunci utama adalah kader. Mereka bukan pegawai formal, tapi semangat dan dedikasi mereka luar biasa. Tanpa mereka, kami tidak bisa menjangkau hingga ke dapur rumah warga,” kata Alwiati.

Ia juga menyampaikan optimisme bahwa dengan pola kerja ini. Malaria bisa ditekan bahkan dieliminasi dalam waktu beberapa tahun ke depan, terutama jika seluruh elemen masyarakat turut bergerak bersama.***

Penulis : Danny

Editor : Ramadani

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses