Balikpapan Utara Catat Kasus Kekerasan Tertinggi, Mayoritas Korban Anak Perempuan

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP3AKB Balikpapan Nursyamsiarni D. Larose

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan terus memperkuat langkah konkret dalam melindungi perempuan dan anak dari kekerasan.

Melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AKB), berbagai program edukasi, pendampingan, dan kolaborasi lintas sektor dijalankan secara berkelanjutan.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP3AKB Balikpapan Nursyamsiarni D. Larose menjelaskan, upaya yang dilakukan meliputi penyuluhan keluarga berencana, pendampingan korban kekerasan, serta penguatan forum masyarakat yang peduli terhadap isu perempuan dan anak.

“Kami bekerja sama dengan penyuluh KB untuk memberikan edukasi terkait penggunaan alat kontrasepsi bagi pasangan usia subur. Masih ada tantangan, terutama karena faktor pribadi maupun keyakinan, tapi kami terus lakukan pendekatan persuasif,” jelas Nursyamsiarni.

Menurutnya, tahun depan DP3AKB akan meluncurkan sejumlah program inovatif, seperti Dapur Sehat dan kegiatan pembinaan keluarga. Tujuannya agar upaya pemberdayaan dan perlindungan benar-benar terasa di tingkat rumah tangga.

“Kami berusaha memastikan seluruh kegiatan berjalan efektif dan tepat sasaran,” ujarnya.

Kesadaran Melapor Meningkat

Di sisi lain, DP3AKB juga menaruh perhatian besar pada penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Nursyamsiarni mengungkapkan, laporan kasus memang meningkat, namun hal itu juga menunjukkan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi untuk melapor.

“Kalau dulu banyak yang enggan melapor karena malu atau takut, sekarang dengan adanya forum PPA-TBM di tingkat RT dan sistem pengaduan online, masyarakat lebih berani menyampaikan aduan,” katanya.

Berdasarkan catatan DP3AKB, Balikpapan Utara menjadi wilayah dengan angka kasus tertinggi. Sebagian besar korban merupakan anak perempuan.

“Sekitar 60 persen kasus kekerasan yang kami tangani adalah terhadap anak perempuan. Kami selalu berikan pendampingan psikologis, mediasi, hingga penempatan sementara di rumah perlindungan,” terang Nursyamsiarni.

Ia menegaskan, pencegahan kekerasan tidak cukup dilakukan pemerintah semata. Peran orang tua dan lingkungan menjadi kunci dalam menciptakan ruang tumbuh yang aman bagi anak.

“Kalimat kasar, hinaan, atau penilaian negatif terhadap anak juga termasuk bentuk kekerasan. Karena itu, pola asuh yang penuh kasih sayang dan komunikasi yang baik harus dibangun,” ujarnya.

Menutup pernyataannya, Nursyamsiarni menyampaikan pesan yang menyentuh:

“Cinta bukan hanya kata, tapi tanggung jawab untuk menjaga dan mendidik dengan hati. Ketika anak tumbuh dalam cinta dan penghargaan, ia akan menjadi pribadi yang kuat dan berharga.”

Dengan pendekatan edukatif, persuasif, dan kolaboratif, DP3AKB Balikpapan berkomitmen menekan angka kekerasan sekaligus membangun budaya keluarga yang ramah perempuan dan anak.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses