Belasan Tim Adu Ketangkasan Tanggap Darurat di IMERC 2025 Balikpapan
BALIKPAPAN, inibalikpapan.com – Indonesia Mining Emergency Rescue Competition (IMERC) 2025 digelar di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 14–17 Agustus, menghadirkan ajang adu ketangkasan, strategi, dan kesiapsiagaan penanganan darurat di industri pertambangan.
Dari informasi yang terhimpun, sebanyak 18 tim berpartisipasi, terdiri dari 17 tim perusahaan tambang di Indonesia dan satu tim dari Australia, Northern Star Resources Team—juara umum MERC 2024 di Australia.
Panitia menjalin kolaborasi dengan MERC Australia untuk menyamakan standar operasi penyelamatan Indonesia dengan standar internasional, memperkuat teknik penyelamatan, dan berbagi inovasi terkini.
Ketua Panitia IMERC 2025 Adri Thanada mengatakan tim Northern Star langsung tertarik setelah mendapat informasi lomba ini dan mengirimkan 10 personel. Panitia juga mengundang tim dari Singapura Civil Defence Force (SCDF) yang memiliki fungsi serupa gabungan BPBD dan Basarnas di Indonesia untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Tiga Agenda Utama
Panitia mengusung tema Elevate Indonesian Rescuer dengan tiga agenda utama, yaitu pelatihan, kompetisi, dan aksi sosial. Sebanyak 100 peserta dari berbagai daerah mengikuti pelatihan teknik tanggap darurat, termasuk pertolongan pertama medis, pemadaman kebakaran bangunan, dan penyelamatan bawah air. Pelatihan ini terbuka untuk masyarakat umum secara gratis.
“Kalau pelatihan underwater rescue saja bisa sampai Rp100 juta per orang, bagaimana relawan mau punya kompetensi kalau tidak ada biaya? Makanya, IMERC ini kita buat sebagai ruang pelatihan terbuka, gratis, dan bisa siapa saja ikuti,” kata Adri.
Kompetisi tahun ini hanya melibatkan 18 tim demi keamanan dan efektivitas. Peserta menghadapi delapan tantangan yang meniru insiden nyata di pertambangan, seperti Confined Space Rescue, High Angle Rescue, Road Crash Rescue, Structural Fire Fighting, hingga Underwater Rescue and Recovery.
“Tahun lalu 26 tim, tapi sampai malam, capek, dan dari sisi safety kurang terkontrol. Tahun ini kita batasi supaya fokus, aman, dan proses belajar lebih efektif,” jelas Adri. Ketua Dewan Juri dr David M Winowatan memastikan seluruh skenario mendekati kondisi ekstrem yang mungkin terjadi di lapangan.
Tahun ini panitia untuk pertama kalinya membuka kesempatan bagi relawan internasional. Sebanyak 15 relawan dari Australia dan dua dari negara lain ikut terlibat tanpa bayaran, sementara dari Indonesia sebagian merupakan tenaga profesional yang menerima honorarium. “Kita ingin mengembangkan relawan-relawan itu sebanyak mungkin, sehingga kalau ada kebencanaan, mereka akan membantu tanpa harus memikirkan duit. Kita cukup memberi pendidikan, edukasi, dan pelatihan,” ujar Adri.
Misi Kemanusiaan
Adri menegaskan IMERC bukan ajang mencari keuntungan finansial, melainkan misi kemanusiaan. “Ini satu-satunya event rescue gratis di Indonesia. Peserta tinggal hadir, kami yang cari dana dengan mengetuk pintu perusahaan-perusahaan,” katanya.
Ia memilih sektor pertambangan sebagai fokus awal karena risiko kecelakaan yang tinggi. “Di pertambangan, setiap bulan hampir selalu ada insiden fatal. Kita mulai dari sini karena kita paham medan dan risikonya. Ke depan, IMERC bisa diperluas ke sektor lain seperti migas dan industri umum,” ujarnya.
Kegiatan berlangsung di fasilitas Garuda Rescue Nusantara (GRN) di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan. Direktur Teknik dan Lingkungan Ditjen Minerba Kementerian ESDM Hendra Gunawan dan Ketua Dewan Pengawas Yayasan GRN R Teguh Sapto Subroto membuka kegiatan ini secara resmi.
Panitia berharap dukungan peserta dari dalam dan luar negeri dapat mencetak lebih banyak penyelamat tangguh, terlatih, dan siap bertindak cepat di setiap situasi darurat, baik di lingkungan kerja maupun bencana berskala besar.
BACA JUGA
