Berawal dari Gerakan Perlawanan Kaum Wanita, Ini Sejarah Hari Perempuan Internasional
JAKARTA, inibalikpapan.com – Setiap 8 Maret, dunia merayakan Hari Perempuan Internasional sebagai momen untuk menghargai pencapaian perempuan di berbagai bidang.
Lebih dari sekadar peringatan, hari ini menjadi pengingat akan perjalanan panjang menuju kesetaraan gender. Melansir dari situs resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Hari Perempuan Internasional dunia rayakan tanpa memandang batas negara, budaya, atau latar belakang politik.
Dari Awal Abad 20
Perjalanan sejarahnya berawal dari perjuangan kaum perempuan pada awal abad ke-20. Peringatan pertama berlangsung pada 28 Februari 1909 di New York, yang berawal dari aksi Partai Sosialis Amerika.
Setahun kemudian, dalam Konferensi Perempuan Sosialis Internasional di Kopenhagen, muncul gagasan untuk menetapkan hari khusus bagi perempuan sebagai bentuk perjuangan terhadap diskriminasi dan tuntutan hak pilih. Pada 19 Maret 1911, jutaan orang di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss turun ke jalan, menuntut hak suara dan kesetaraan dalam pekerjaan.
Momentum penting terjadi pada 8 Maret 1917 di Rusia. Sejumlah perempuan di Petrograd (sekarang St. Petersburg) menggelar pemogokan massal dengan tuntutan “roti dan perdamaian.” Aksi ini kemudian menjadi salah satu pemicu Revolusi Februari yang menggulingkan kekuasaan Tsar Nicholas II.
Peristiwa tersebut begitu berpengaruh hingga pada 1921, Konferensi Perempuan Komunis Internasional di Moskow menetapkan 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional.
Mendapat Pengakuan PBB
Seiring waktu, peringatan ini semakin mendapat pengakuan global. Pada 1975, PBB secara resmi menetapkan 8 Maret sebagai bagian dari perayaan Tahun Internasional Perempuan.
Dua tahun kemudian, Majelis Umum PBB mengajak negara-negara anggotanya untuk menetapkan 8 Maret sebagai Hari PBB untuk Hak-Hak Perempuan dan Perdamaian Internasional. Sejak saat itu, setiap tahun peringatan ini selalu berbalut dengan tema khusus, seperti “Kesetaraan Gender Sekarang untuk Masa Depan yang Berkelanjutan” pada 2022 dan “Inovasi dan Teknologi untuk Kesetaraan Gender” pada 2023.
Saat ini, peringatan 8 Maret berlangsung dengan berbagai cara di seluruh dunia. Ada yang menggelar aksi demonstrasi, ada pula yang mengadakan diskusi dan kampanye sosial. Peringatan ini menjadi momen refleksi atas pencapaian yang telah diraih sekaligus pengingat bahwa masih banyak tantangan yang harus perempuan hadapi untuk mencapai kesetaraan gender sepenuhnya.***
BACA JUGA
