Dapat Subsidi Pemerintah, MTs Ibnu Khaldun Balikpapan Kian Optimis Majukan Pendidikan Swasta

Suasana MPLS di MTs Ibnu Khaldun Balikpapan

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Senin pagi (14/7/2025), suasana di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ibnu Khaldun Balikpapan tampak lebih semarak dari biasanya. Di tengah deretan ruang kelas yang sederhana namun bersih, anak-anak mengenakan seragam putih merah dengan wajah ceria. Sebagian mereka baru saja diterima sebagai siswa baru tahun ajaran 2025/2026.

Tahun ini, ada kabar baik yang turut mewarnai semangat para guru dan siswa: Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) mengucurkan subsidi pendidikan untuk sekolah swasta. Setiap siswa menerima bantuan SPP sebesar Rp110 ribu per bulan, serta uang pangkal senilai Rp1,5 juta.

Kabar tersebut disambut hangat oleh Kepala Madrasah, Rahmadhani, yang sudah lebih dari satu dekade mengabdi di dunia pendidikan.

“Alhamdulillah, pemerintah kota berupaya meratakan akses pendidikan antara sekolah negeri dan swasta. Ini bentuk perhatian dan langkah maju agar sekolah swasta juga bisa berjalan sejajar dengan sekolah negeri,” ucapnya penuh syukur.

96 Siswa Baru, Harapan Baru

Tahun ini, MTs Ibnu Khaldun menerima 96 siswa baru. Sebuah angka yang cukup menggembirakan, mengingat tantangan yang dihadapi sekolah swasta dalam beberapa tahun terakhir. Dengan adanya subsidi ini, biaya SPP yang sebelumnya Rp160 ribu kini hanya dibebankan sebesar Rp50 ribu kepada orang tua murid.

“Kami bahkan tidak pernah memungut uang gedung,” jelas Rahmadhani. “Biaya lainnya hanya untuk seragam, sekitar Rp800 ribu untuk tiga stel: seragam batik madrasah, olahraga, dan putih rompi.”

Namun, bagi Rahmadhani, pendidikan bukan hanya soal angka dan seragam. Ia menaruh perhatian besar pada kualitas pembelajaran, terutama dari sisi jumlah siswa per kelas.

Rahmadhani menegaskan pentingnya pembatasan jumlah siswa per kelas sesuai standar nasional, yakni maksimal 32 orang. Ia tak menampik bahwa di beberapa sekolah, satu kelas bisa berisi hingga 40 siswa.

“Kalau guru harus mengajar sampai 40 siswa dalam satu kelas, sulit bagi anak-anak untuk benar-benar memahami materi. Sekolah swasta dan negeri harus sama-sama dijaga kualitasnya, bukan hanya sekadar banyaknya murid,” tegasnya.

Kritik Pembangunan Sekolah Negeri yang Tak Terukur

Di tengah kebijakan subsidi ini, Rahmadhani juga menyuarakan kekhawatiran atas pembangunan sekolah negeri yang terus dilakukan setiap tahun tanpa evaluasi kebutuhan di lapangan.

“Piring nasi guru-guru swasta juga harus diperhatikan,” katanya pelan. “Kalau sekolah negeri terus dibangun tanpa melihat kebutuhan, guru swasta bisa kehilangan murid, bahkan kehilangan pekerjaan.”

Menurutnya, sekolah swasta telah lebih dulu hadir dan memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat jauh sebelum sekolah negeri menjangkau seluruh wilayah kota.

Segelas Beras dan Kulit Bawang: Pendidikan dengan Hati

MTs Ibnu Khaldun tidak hanya menanamkan ilmu pengetahuan, tapi juga pendidikan karakter dan inovasi sosial. Salah satu program unggulannya adalah “Segelas Beras”, sebuah kegiatan rutin dua pekan sekali di mana setiap siswa membawa segelas beras dari rumah untuk dibagikan kepada warga sekitar yang kurang mampu.

“Ini bagian dari pendidikan karakter. Kami ajarkan siswa untuk berbagi. Nilai-nilai ini harus ditanamkan sejak dini,” tutur Rahmadhani.

Tak hanya itu, madrasah ini juga pernah mengharumkan nama Balikpapan Barat melalui Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG), dengan mengolah limbah kulit bawang menjadi keripik sehat dan pestisida alami.

Inklusif dan Berkomitmen Mendidik Anak Negeri

Di balik segala tantangan, Rahmadhani menegaskan bahwa MTs Ibnu Khaldun tetap teguh dalam komitmennya mencerdaskan anak bangsa, tanpa membedakan status negeri atau swasta.

“Kami hanya ingin berkontribusi untuk pendidikan yang lebih baik di Balikpapan, khususnya di wilayah barat. Semoga dengan bantuan ini, masyarakat makin percaya pada sekolah swasta,” pungkasnya dengan senyum.

Subsidi mungkin hanya sebuah angka di atas kertas. Tapi di MTs Ibnu Khaldun, subsidi itu menjelma menjadi semangat, kesempatan, dan harapan baru untuk para guru, siswa, dan orang tua yang terus percaya bahwa pendidikan adalah jalan masa depan.***

Editor : Ramadani

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses