Dari Balik Jeruji, Limbah Disulap Jadi Harapan Baru oleh Warga Binaan Nusakambangan
NUSAKAMBANGAN, inibalikpapan.com,– Lapas Nusakambangan kini tak lagi sekadar dikenal sebagai “pulau penjara.” Ada wajah baru yang lebih segar, karena warga binaannya mulai berdaya dengan keterampilan mengolah limbah jadi berkah.
Lewat program pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), sisa pembakaran batu bara dari PLTU Adipala, warga binaan berhasil menghasilkan produk konstruksi bernilai ekonomi. Limbah yang dulu dianggap tak berguna, kini justru jadi sumber penghidupan baru.

Workshop FABA yang berdiri di atas lahan tidur di Pulau Nusakambangan itu melatih warga binaan membuat batako, paving block, roaster, hingga buis beton. Program hasil kolaborasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) dengan PT PLN (Persero) ini sekaligus jadi bagian dari transformasi lapas: dari kesan menyeramkan, menjadi pusat pemberdayaan.
Kevin Ruben Rafael, salah satu warga binaan Lapas Terbuka Nusakambangan, mengaku bersyukur bisa ikut belajar.
“Ini sangat membantu kami warga binaan, karena menambah ilmu pengetahuan. Nanti ketika kami keluar, ilmu ini bisa bermanfaat bagi kehidupan kami di masyarakat,” katanya.
Hal serupa juga Listianto rasakan sebagai warga Lapas Nirbaya Nusakambangan.
“Alhamdulillah, saya bisa ikut program ini. Saya ingin mandiri, ingin kembali ke masyarakat dengan lebih baik lagi,” ujarnya.

PLN dan Imipas Dorong Nusakambangan Jadi Pusat Pembinaan Produktif
Menteri Imipas, Agus Andrianto, pun memberi apresiasi. Menurutnya, pelatihan ini sejalan dengan program pemerintah yang tengah mendorong lapas menjadi ruang pembinaan produktif.
“Ini adalah model pelatihan kerja agar warga binaan siap kembali ke masyarakat,” jelas Agus dalam keterangan resmi yang inibalikpapan.com terima, Kamis (10/9/2025).
Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa FABA bisa jadi solusi nyata, bukan hanya untuk ekonomi sirkuler, tapi juga untuk lingkungan.
“Kami bangga, warga binaan bisa mengubah limbah menjadi komoditas produktif. Produk yang dihasilkan berkualitas, kompetitif, dan punya dampak positif bagi masyarakat,” ujarnya.
Workshop FABA Nusakambangan saat ini punya dua mesin produksi. Kapasitasnya bisa tembus 2 juta paving block dan 1 juta batako per tahun. Jika semua berjalan optimal, perkiraan omzet bisa mencapai Rp5,4 miliar setahun.
Ada 30 warga binaan yang kini aktif terlibat, dan PLN yakin jumlahnya akan terus bertambah seiring pendampingan.
“Kami sangat terkesan dengan etos kerja warga binaan. Hasilnya premium, bahkan berpeluang menembus pasar industri,” puji Darmawan.
Ke depan, PLN dan Imipas berharap Nusakambangan bisa jadi contoh nasional. Bukan lagi semata penjara, melainkan pusat pembinaan sekaligus episentrum kegiatan ekonomi baru.***
BACA JUGA
