Dari TPS Bayangan Menuju Perubahan, Perjalanan Awal Abdul Rahman Menata Sepinggan
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com –
Pagi itu, embun masih menempel di dedaunan yang tumbuh rapi di sela pot-pot cat bekas. Di antara hijau yang menyejukkan itu, terlihat seorang pria dengan senyum tenang, memegang selang air seolah sedang berbincang dengan tanaman-tanaman yang ia rawat bertahun-tahun lamanya. Dialah Abdul Rahman, sosok bersahaja yang kiprahnya mengubah wajah lingkungan RT 5 Kelurahan Sepinggan, Balikpapan Selatan.
Tak ada yang menyangka bahwa lelaki sederhana yang memulai langkahnya dari halaman rumah sendiri ini kelak akan mengantarkan kampungnya meraih penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) Tingkat Nasional pada 2021.
Perubahan besar memang sering kali lahir dari sesuatu yang kecil dan Abdul Rahman adalah bukti nyata dari itu.
Awal yang Diam-Diam Menggerakkan Banyak Orang
Segalanya dimulai pada 2012.
Saat itu, Abdul Rahman tak punya mimpi besar. Ia hanya ingin lingkungan di sekitar rumahnya tidak lagi dipenuhi sampah yang menumpuk dan dibakar begitu saja. Ia mulai memunguti sampah plastik, mencucinya, menyortirnya, lalu menatanya dalam sebuah sudut kecil yang ia sebut bank sampah.
“Waktu itu hasilnya kecil sekali,” ujarnya mengenang. “Bahkan kantong kresek pun belum ada yang mau beli. Tapi asalkan lingkungan bersih, itu sudah cukup buat saya,” akunya, Kamis (13/11/2025).
Ia bekerja dalam diam, tapi diamnya itu justru memancing perhatian. Warga melihat bagaimana ia tekun tanpa mengeluh, bagaimana ia mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai. Sedikit demi sedikit, orang datang menawarkan bantuan, beberapa membawa botol bekas, beberapa mulai meniru kebiasaan memilah. Sebuah gerakan kecil lahir, tanpa spanduk, tanpa seremonial, hanya dari ketulusan.
Empat tahun berselang, tahun 2016 menjadi titik balik. Saat itu, Abdul Rahman menyadari bahwa lingkungan tak bisa berubah hanya dengan satu dua orang. Ia harus mengajak lebih banyak pihak. Harus menggerakkan seluruh kelurahan.
Tantangannya? Ada 70 RT di Sepinggan.
Bersama pihak kelurahan, ia berpindah dari satu RT ke RT lainnya, mengumpulkan warga di teras rumah, di posko kecil, di balai pertemuan. Ia berbicara tanpa naskah, tanpa teknis rumit, hanya menyampaikan hal paling sederhana: lingkungan yang bersih adalah warisan terbaik untuk anak cucu.
“Awalnya berat,” ucapnya pelan. “Tidak semua orang langsung percaya. Tapi kalau kita jalani dengan sabar, sedikit demi sedikit mereka ikut,” akunya.
Perlahan, perubahan mulai terlihat. Rumah-rumah mulai menyediakan tempat pemilahan sampah. Ibu-ibu mulai mengumpulkan botol bekas. Anak-anak dilarang membakar sampah. Kebiasaan kecil itu menyebar seperti riak air pelan, tapi merata.

KBA Sepinggan Lahir, Harapan Baru Tumbuh
Dengan semangat gotong royong itu, Kelurahan Sepinggan akhirnya tumbuh menjadi Kampung Berseri Astra (KBA). Sebuah kawasan yang tak hanya bersih, tetapi juga hidup: kebun-kebun kecil bermekaran, sungai-sungai mini dibersihkan, dan bank sampah menjadi pusat aktivitas warga.
Semakin banyak program yang masuk, semakin banyak peluang yang terbuka.
Dan semua itu berangkat dari halaman kecil milik Abdul Rahman.
Pada 2021, kerja keras bertahun-tahun itu mendapat pengakuan nasional. Sepinggan berhasil meraih Proklim Tingkat Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebuah pencapaian yang membuat banyak pihak menoleh ke kampung kecil ini.
“Penghargaan itu bukan milik saya,” tegasnya. “Itu milik warga. Saya hanya memulai.” akunya.
Kini, Abdul Rahman terus menjadi sumber inspirasi di Sepinggan. Ia masih menyiram tanaman tiap pagi, masih memungut sampah yang tercecer, dan masih mengajak warga dengan caranya yang lembut namun tegas.
“Cinta lingkungan itu seperti cinta sejati,” ujarnya sambil tersenyum. “Tidak perlu besar. Asal tulus dan dirawat terus, pasti akan memberi keindahan yang abadi,” tutupnya.(bagian-1*)
Penulis : Amir Syarifuddin
BACA JUGA
