Diangkat dari Operasi Kopassus 1990-an, Film Timur Ternyata Hadirkan Wajah Lain Konflik di Papua

Potret Iko Uwais dalam film Timur. (Foto: Tim Timur/Instagram)

JAKARTA, inibalikpapan.com — Film Timur menandai langkah baru Iko Uwais, yang untuk pertama kalinya duduk di kursi sutradara sekaligus menjadi pemeran utama. Film produksi Uwais Pictures ini jadwalnya tayang di bioskop mulai 18 Desember 2025.

Menjelang penayangan resmi, Timur lebih dulu diputar lewat rangkaian special screening di 17 kota besar, termasuk di Balikpapan. Respons penonton datang beragam: tepuk tangan mengiringi adegan laga, sementara suasana hening muncul di sejumlah momen emosional.

Dalam film ini, Iko Uwais memerankan Timur, seorang prajurit pasukan khusus yang terlibat misi penyelamatan sandera di Papua pada era 1990-an. Kisahnya terinspirasi dari operasi militer nyata Kopassus, dengan latar wilayah Jayawijaya, Papua Tengah.

Namun Timur tidak semata mengandalkan aksi tempur. Skenario yang ditulis Titien Wattimena justru memberi ruang besar pada hubungan antarprajurit, persahabatan lama, serta dilema moral yang muncul di tengah operasi bersenjata. Film ini menempatkan konflik batin dan pengorbanan sebagai bagian tak terpisahkan dari medan perang.

Karakter Sila, yang diperankan aktor asal Wamena Jimmy Kobogau, menjadi salah satu penopang cerita. Ia menyebut film ini bukan merujuk pada satu peristiwa tunggal, melainkan rangkuman dari sejumlah operasi nyata yang pernah terjadi di Papua.

“Sebenarnya bukan hanya satu kejadian. Ini berdasarkan beberapa kisah operasi tentara, khususnya Kopassus, yang memang pernah terjadi dan berhasil,” kata Jimmy, melansir Suara, jaringan inibalikpapan.com.

Pendekatan tersebut membuat ketegangan dalam film terasa memiliki akar sejarah yang kuat, sekaligus menghadirkan lanskap alam Papua yang ekstrem sebagai bagian penting narasi.

Tanggapan Produser

Film Timur juga melibatkan Nagita Slavina sebagai Executive Producer. Ia menyebut kekuatan film ini terletak pada nilai keluarga dan persaudaraan yang tumbuh di tengah situasi konflik.

“Aku bersyukur melihat bagaimana hangatnya penonton menerima film ini. Nilai persaudaraan dan keluarga di dalamnya terasa sangat kuat,” ujar Nagita.

Dengan latar sejarah operasi militer 1990-an dan fokus pada sisi kemanusiaan prajurit, Timur mencoba menawarkan perspektif berbeda tentang perang—bukan sekadar soal tembak-menembak, melainkan juga tentang hubungan, pilihan sulit, dan harga yang harus dibayar dalam sebuah misi.***

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses