‘Diusir’ Donald Trump, Penduduk Gaza Tak Akan Angkat Kaki
GAZA, inibalikpapan.com – Penduduk Gaza katakan bahwa klaim presiden AS, Donald Trump, yang akan mengambil alih Gaza dan pindahkan mereka tak akan mereka gubris.
Meskipun mereka kini harus hadapi angin kencang dan hujan deras pada Kamis (6/2/2025) saat badai musim dingin dan banjir terpa tenda pengungsian.
Bahkan, mereka semakin bertekad untuk tetap tinggal.
“Kami tak akan pergi meskipun kita alami tragedi, hujan dan cuaca sangat buruk serta hidup kesusahan,” kata Qassem Abu Hassoun salah satu warga seperti dikutip dari Reuters.
Keluarganya telah kembali ke rumah mereka yang hancur segera setelah pengumuman gencatan senjata pada 19 Januari.
Mereka sudah menghabiskan waktu berbulan-bulan berlindung ke utara Gaza dan tak berkeinginan pergi lagi.
“Orang-orang bergantung pada negara mereka, tanah mereka. Orang-orang bergantung pada sebutir pasir pun dari negara mereka,” katanya.
Malam setelah sebagian besar penduduk Gaza mendengar ucapan Trump, badai dan hujan deras membuat mereka terbangun. Tenda-tenda darurat yang terbuat dari plastik dan kain hancur.
Pada pagi hari, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memerintahkan tentara untuk menyiapkan rencana guna memudahkan kepindahan penduduk dari Gaza.
“Sepertinya cuaca pun tidak berpihak pada kita, tetapi baik cuaca, Trump, maupun Israel tidak akan mengusir kita dari tanah kita,” kata Abdel Ghani.
Ia adalah ayah empat anak yang tinggal bersama keluarganya di reruntuhan rumah mereka di Kota Gaza yang dihancurkan oleh Israel.
Angin meniup lembaran plastik yang mereka gunakan untuk menutupi jendela yang pecah dan lubang di dinding.
Air hujan telah mengalir masuk. Namun, mereka tidak berniat ke mana-mana.
“Kami tidak akan menjual tanah kami kepada Anda, pengembang real estate. Kami lapar, tuna wisma, dan putus asa, tetapi kami bukan kolaborator. Jika dia ingin membantu, biarkan dia datang dan membangun kembali untuk kami di sini,” tekadnya.
Pemerintah Israel Sudah Siapkan Proses Kepindahan Penduduk Gaza
Di Israel, Channel 12 melaporkan bahwa rencana Katz akan mencakup opsi keluar melalui penyeberangan darat, serta pengaturan khusus untuk keberangkatan melalui laut dan udara.
Pengungsian warga Palestina merupakan salah satu isu paling sensitif di Timur Tengah.
Pemindahan paksa atau pemaksaan suatu penduduk di bawah pendudukan militer merupakan kejahatan perang, Konvensi Jenewa 1949 melarang tindakan ini.
Pejabat Hamas Basem Naim mengatakan kepada Reuters bahwa pernyataan Katz tidak mengejutkan.
Ia katakan bahwa Perkataannya menutupi kegagalan Israel dalam mencapai salah satu tujuannya dalam perang di Gaza.
Israel menyatakan pihaknya bermaksud membasmi Hamas. Namun, sejak gencatan senjata dimulai tiga minggu lalu, para pejuang Hamas telah memulihkan kendali mereka atas daerah kantong itu.
Sementara itu, ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi di Gaza telah kembali ke rumah mereka, terutama di bagian utara wilayah yang hampir hancur total.
Naim mengatakan ini adalah bukti keterikatan mendalam warga Palestina terhadap tanahnya.
“Jika mereka bersungguh-sungguh dalam klaimnya, mereka seharusnya mencabut blokade yang menyiksa di Gaza, membuka pintu-pintu penyeberangan. Mereka akan terkejut saat mengetahui bahwa jumlah orang yang kembali ke Gaza akan melebihi jumlah penduduk yang meninggalkannya, meskipun kerusakannya sangat parah,” kata Naim.
BACA JUGA

