DKK Balikpapan dan IDAI Kaltim Gelar Pemeriksaan Lanjutan Balita Stunting
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Kesehatan (DKK) terus memperkuat upaya penanganan dan pencegahan stunting secara menyeluruh. Salah satu langkah konkret dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan lanjutan bagi balita stunting, yang digelar Selasa (7/10/2025) oleh Tim Kerja Gizi Kesjaor Bidang Kesehatan Masyarakat DKK Balikpapan, bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalimantan Timur dan Tim Puskesmas Pengampu.
Kegiatan ini menjadi bagian dari program berkelanjutan yang menyasar balita stunting di seluruh kelurahan, dengan pelaksanaan secara bertahap. Pemeriksaan dilakukan langsung oleh tim dokter spesialis anak IDAI Kaltim, yaitu dr. Medina Permatawati, M.Sc, SpA dan dr. Thrisia Wuryanti, M.Sc, SpA.
59 Balita dari 7 Kelurahan Jalani Pemeriksaan
Tahap kali ini menyasar 59 balita yang berasal dari tujuh kelurahan, yakni Sumber Rejo, Prapatan, Damai, Muara Rapak, Telaga Sari, Klandasan Ilir, dan Klandasan Ulu.
Rangkaian pemeriksaan meliputi:
- Pengukuran berat dan tinggi badan;
- Pemantauan pertumbuhan serta status gizi;
- Pemeriksaan lanjutan dan konsultasi kesehatan bersama dokter spesialis anak;
- Edukasi bagi orang tua terkait pemberian makan sesuai usia dan pemahaman faktor penyebab serta dampak stunting.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, drg. Alwiati, M.Kes, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi pemerintah kota untuk mempercepat penurunan angka stunting melalui pendekatan medis, gizi, dan edukasi keluarga.

“Kami ingin memastikan setiap balita yang teridentifikasi mengalami stunting mendapatkan pemeriksaan komprehensif oleh tenaga ahli. Tujuannya agar penanganan bisa lebih tepat sasaran dan berkelanjutan,” jelas Alwiati.
Edukasi Orang Tua Jadi Kunci Pencegahan
Selain pemeriksaan fisik, kegiatan ini juga diisi dengan sesi edukasi kepada orang tua balita mengenai pola pemberian makan yang sesuai usia, pentingnya asupan protein hewani, serta pencegahan faktor risiko gizi buruk.
“Peran orang tua sangat besar dalam memastikan tumbuh kembang anak berjalan optimal. Edukasi gizi yang tepat menjadi investasi penting dalam pencegahan stunting sejak dini,” ujar Alwiati.
Ia menambahkan, edukasi ini dilakukan agar masyarakat memahami bahwa stunting bukan hanya soal kekurangan makan, tetapi juga berkaitan dengan pola asuh, sanitasi, dan kesehatan lingkungan.
“Pencegahan harus dilakukan dari hulu, sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan. Masa ini sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak,” tambahnya.
Kolaborasi DKK, IDAI, dan Puskesmas Pengampu
Usai pemeriksaan, kegiatan dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan DKK Balikpapan, IDAI Kaltim, dan Tim Puskesmas Pengampu. Forum ini membahas evaluasi hasil pemeriksaan, penentuan tindak lanjut medis, serta strategi pemantauan lanjutan bagi balita yang masih dalam proses pemulihan gizi.
“Melalui kolaborasi lintas sektor, kami ingin memastikan penanganan stunting dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi, bukan hanya sekali intervensi. Setiap balita yang diperiksa akan terus dipantau hingga kondisi gizinya membaik,” terang Alwiati.
Tumbuh Sehat dan Cerdas
Alwiati menegaskan, Dinas Kesehatan Balikpapan berkomitmen untuk terus menghadirkan program berbasis pendampingan keluarga dan edukasi gizi guna menekan angka stunting. Menurutnya, kerja sama dengan organisasi profesi seperti IDAI merupakan langkah penting untuk memastikan pendekatan medis yang lebih akurat.
“Kami berterima kasih atas dukungan IDAI dan seluruh Puskesmas Pengampu. Bersama-sama, kita ingin memastikan anak-anak Balikpapan tumbuh sehat, cerdas, dan produktif di masa depan,” tutupnya.***
BACA JUGA
