Donald Trump Desak Yordania dan Mesir Tampung Ribuan Warga Palestina
KAIRO, inibalikpapan.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Mesir dan Yordania untuk menerima lebih banyak warga Palestina dari Gaza baik untuk sementara atau permanen.
Ia katakan bahwa semuanya harus bersih.
“Lokasi tersebut hanya puing-puing. Hampir semuanya hancur dan warga Palestina sekarat di sana,” kata Donald Trump kepada wartawan setelah menelepon Raja Yordania Abdullah.
Puluhan ribu warga Palestina menunggu di jalanan saat hendak kembali ke rumah mereka di Gaza utara pada Minggu, (26/1/2025).
Seorang pejabat Hamas bereaksi dengan curiga terhadap pernyataan tersebut.
Ia ingatkan kembali ketakutan lama warga Palestina tentang pengusiran permanen dari rumah mereka.
“Warga Palestina tidak akan menerima tawaran atau solusi apa pun. Bahkan jika tawaran tersebut tampaknya memiliki niat baik dengan kedok rekonstruksi seperti yang Donald Trump umumkan,” Basem Naim, anggota biro politik Hamas, mengatakan kepada Reuters.
Pejabat Rumah Sakit Al-Awda mengatakan empat orang terluka oleh tembakan IDF yang tampaknya berusaha mencegah orang-orang mendekat.
Militer Israel mengeluarkan peringatan kepada warga Palestina agar tidak mendekati posisi mereka di Gaza.
Pihak IDF katakan pihaknya memang telah melepaskan tembakan peringatan beberapa kali tetapi tidak ketahui adanya korban jiwa karena penembakan tersebut.
Warga Palestina Terlantar
Warga Palestina frustrasi setelah Israel tuduh Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata dan menolak untuk membuka titik persimpangan.
Sehari setelah pertukaran kedua sandera Hamas dan Israel, tindakan pemblokiran jalan masuk oleh militer Israel (IDF) menggarisbawahi risiko yang menggantung pada gencatan senjata antara kelompok militan dan Israel.
Di wilayah tengah Gaza, barisan orang menunggu di sepanjang jalan utama menuju utara, beberapa di dalam kendaraan dan beberapa berjalan kaki, kata saksi mata.
“Lautan manusia menunggu sinyal untuk kembali ke Kota Gaza dan wilayah utara, orang-orang sudah muak dan ingin pulang,” tanya Tamer Al-Burai, seorang pengungsi dari Kota Gaza. “Ini kesepakatan yang sudah ditandatangani, bukan?”
“Banyak dari orang-orang itu tidak tahu apakah rumah mereka di kampung halaman masih berdiri. Namun, mereka tetap ingin pergi, mereka ingin mendirikan tenda di samping puing-puing rumah mereka, mereka ingin merasa seperti di rumah,” katanya kepada Reuters melalui aplikasi obrolan.
Pada hari Minggu, para saksi mengatakan banyak orang telah tidur semalaman di Jalan Salahuddin.
Jalan tersebut adalah jalan raya utama yang membentang dari utara ke selatan dan di jalan pesisir yang mengarah ke utara.
Mereka menunggu untuk melewati posisi militer Israel di koridor Netzarim yang membentang di tengah Jalur Gaza.
Israel Tuduh Hamas Langgar Kesepakatan
Berdasarkan perjanjian yang dibuat dengan mediator Mesir dan Qatar serta dukungan AS, Israel bermaksud mengizinkan warga Palestina yang mengungsi dari rumah-rumah di utara untuk kembali ke rumah mereka.
Namun, IDF mengatakan bahwa Hamas langgar perjanjian karena belum serahkan daftar yang merinci jadwal sandera masih hidup untuk dibebaskan.
IDF juga katakan Hamas belum menyerahkan Arbel Yehud, seorang wanita Israel yang disandera pada 7 Oktober 2023.
Akibatnya, pos pemeriksaan di Jalur Gaza tengah tidak akan dibuka untuk mengizinkan penyeberangan ke Jalur Gaza utara, katanya dalam sebuah pernyataan.
Hamas mengeluarkan pernyataan yang menuduh Israel mengulur-ulur waktu dan menganggapnya bertanggung jawab atas keterlambatan tersebut.
BACA JUGA

