Dorong Produktivitas Petani, DKP3 Balikpapan Salurkan 17 Unit Alsintan
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.con – Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) terus berupaya meningkatkan produktivitas pertanian lokal di tengah tantangan keterbatasan lahan.
Salah satu program prioritas yang dijalankan tahun 2025 ini adalah mekanisasi pertanian, dengan menyalurkan bantuan 17 unit Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) kepada kelompok tani.
Kepala DKP3 Balikpapan, Sri Wahjuningsih, menjelaskan bahwa program ini merupakan langkah strategis untuk mendorong efisiensi dan hasil pertanian yang lebih optimal, khususnya bagi petani hortikultura di dataran rendah.
“Alsintan itu bukan metode kerja, tapi singkatan dari alat dan mesin pertanian. Ini adalah sarana penting dalam mendukung peningkatan produksi pertanian lewat program mekanisasi,” terang Sri Wahyuningsih, Minggu (1/6/2025).
Penyaluran Alsintan tersebut telah dilakukan secara bertahap sejak 8 Februari hingga 15 Mei 2025, sebagai bentuk stimulus bagi petani agar lebih produktif dan tidak lagi sepenuhnya bergantung pada metode konvensional.
Disesuaikan dengan Kebutuhan Petani Hortikultura
Adapun 17 unit Alsintan yang dibagikan terdiri dari berbagai jenis, antara lain pompa air, selang buang sepanjang 100 meter, hand sprayer, cultivator, mesin pemotong rumput, dan corn sheller. Bantuan ini diberikan dengan mempertimbangkan karakteristik pertanian Balikpapan yang didominasi oleh tanaman hortikultura seperti sayur-sayuran dan cabai.
“Mayoritas petani kita mengelola lahan sayuran di dataran rendah. Bantuan alat ini sangat mereka butuhkan untuk mempercepat proses tanam dan panen,” tambahnya.
Selain bantuan langsung kepada kelompok tani, DKP3 juga mengelola sejumlah Alsintan sebagai aset dinas melalui tim khusus yang disebut Brigade Alsintan. Petani yang membutuhkan dapat mengajukan peminjaman dengan sistem bergiliran sesuai ketentuan yang berlaku.
39 Unit Alsintan Dimiliki Dinas
Saat ini, Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) DKP3 mencatat memiliki 39 unit Alsintan aktif. Rinciannya terdiri dari 19 pompa air, 9 hand sprayer, 8 cultivator, 2 mesin pemotong rumput, dan 1 alat pencacah pupuk organik.
Sri menyebut, penggunaan alat modern menjadi krusial karena sebagian besar petani di Balikpapan adalah petani lanjut usia yang memiliki keterbatasan tenaga.
“Keberadaan alat-alat ini sangat membantu mereka. Tidak perlu lagi membajak atau menyemprot tanaman secara manual. Hemat waktu, hemat tenaga,” jelasnya.
Tantangan: Lahan Semakin Tergerus Pembangunan
Meski berbagai bantuan telah digelontorkan, DKP3 tetap menghadapi tantangan besar, yaitu keterbatasan dan alih fungsi lahan pertanian. Menurut Sri, lahan pertanian yang tersisa di Balikpapan semakin menyusut karena banyak beralih menjadi perumahan, perguruan tinggi, hingga proyek infrastruktur.
“Termasuk lahan pembangunan ITK dan jalan tol itu dulunya adalah lahan pertanian produktif,” ungkapnya prihatin.
Ia bahkan menyamakan kondisi pertanian Balikpapan dengan Jakarta, yang juga menjadi kota metropolitan dengan tingkat ketergantungan tinggi terhadap pasokan pangan dari luar daerah.
Saat ini, DKP3 mencatat ada sekitar 7.000 petani di Balikpapan. Namun, sebagian besar merupakan petani gurem, yakni petani yang tidak memiliki lahan sendiri dan hanya menggarap milik orang lain. Ketika lahan dialihfungsikan, mereka kehilangan sumber penghidupan.
“Ketika lahan berubah fungsi, posisi petani menjadi sangat rentan. Mereka tidak hanya kehilangan tempat bertani, tapi juga kehilangan mata pencaharian,” tambahnya.
Produksi Sayur Masih Cukup Meski Terbatas
Kendati luas lahan pertanian semakin terbatas, Sri menyatakan bahwa kebutuhan sayur-mayur lokal dalam skala terbatas masih bisa dipenuhi oleh petani setempat. Namun, untuk komoditas besar seperti beras, daging, dan telur, Balikpapan tetap mengandalkan pasokan dari luar daerah.
Ke depan, DKP3 berharap ada dukungan tambahan alat-alat pertanian modern dari pemerintah pusat maupun provinsi, seperti traktor tanam padi otomatis yang dapat menunjang produktivitas tinggi meski di atas lahan sempit.
“Kalau pendapatan petani meningkat, maka secara tidak langsung ini juga bisa menekan angka kemiskinan di Kota Balikpapan,” pungkasnya.
Melalui mekanisasi dan dukungan kebijakan, Pemkot Balikpapan berkomitmen menjaga eksistensi sektor pertanian di tengah tekanan pembangunan, agar kota ini tetap memiliki kemandirian pangan yang kuat di masa depan.***
Editor : Ramadani
BACA JUGA
