DP3AKB Balikpapan Dorong Orangtua Terapkan Pola Asuh Positif Sejak Dini
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Di tengah perubahan sosial yang cepat dan kompleks, peran orangtua dalam memahami kebutuhan tumbuh kembang anak semakin krusial. Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) menekankan pentingnya penerapan pola asuh positif dan pendidikan seksual sejak dini sebagai pondasi pembentukan karakter anak yang sehat dan berdaya.
Kepala Bidang Perlindungan Anak DP3AKB Balikpapan, Umar Adi, mengatakan bahwa pola asuh masa kini menuntut adaptasi dan keterbukaan dari orangtua terhadap dinamika zaman. Banyak orangtua, katanya, masih menerapkan metode pengasuhan tradisional yang diwariskan dari generasi sebelumnya, tanpa menyesuaikan dengan perkembangan psikologis dan sosial anak masa kini.
“Kesuksesan anak tidak hanya diukur dari pencapaian akademik atau karier, tetapi juga dari kesehatan fisik dan mentalnya,” ujar Umar Adi saat ditemui, Senin (13/10/2025).
Menurutnya, tantangan utama saat ini bukan sekadar bagaimana anak tumbuh pintar, tetapi bagaimana ia tumbuh bahagia, percaya diri, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah. Oleh karena itu, peran orangtua harus lebih reflektif dan sadar bahwa pola asuh ideal bukan berasal dari sosok yang sempurna, melainkan dari orangtua yang mau terus belajar, berbenah, serta mampu mengelola emosinya.
Empat Pola Asuh dan Tantangan Modern
Umar memaparkan, secara umum terdapat empat jenis pola asuh yang banyak diterapkan di masyarakat. Pertama, pola asuh otoriter, di mana orangtua memiliki tuntutan tinggi dan menerapkan komunikasi satu arah. Kedua, permisif, yang memberikan kebebasan tanpa batas dan minim aturan. Ketiga, mengabaikan, yaitu ketika orangtua kurang memberikan perhatian dan batasan pada anak. Dan terakhir, demokratis, yang mengedepankan keseimbangan antara kasih sayang, kedisiplinan, dan komunikasi dua arah.
“Dari keempatnya, pola asuh demokratis adalah yang paling ideal. Orangtua tetap tegas, tetapi juga penuh empati. Anak diberi ruang untuk berpendapat dan belajar bertanggung jawab atas pilihannya,” jelas Umar.
Menurutnya, pola asuh demokratis membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan memiliki kecerdasan emosional yang baik. Pola ini juga menjadi fondasi dalam membentuk hubungan yang hangat dan terbuka antara anak dan orangtua.
Peran Komunikasi dan Teladan
Lebih lanjut, Umar menekankan pentingnya komunikasi empatik dalam setiap interaksi orangtua dan anak. Orangtua, katanya, perlu belajar mendengarkan tanpa menghakimi, serta menanamkan tanggung jawab tanpa ancaman atau hukuman.
“Ketika anak tantrum, kelola dulu emosi orangtua. Baru ajarkan anak cara mengelola emosinya. Anak belajar bukan dari kata-kata, tapi dari teladan,” tegasnya.
Ia menambahkan, banyak persoalan perilaku anak sebenarnya berakar dari pola komunikasi di rumah. Jika anak terbiasa dimarahi tanpa penjelasan, maka ia akan belajar bahwa kemarahan adalah cara untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya, ketika anak tumbuh di lingkungan yang tenang dan penuh kasih, ia belajar mengenali emosi dengan lebih sehat.
Tips Pengasuhan Minim Trauma
Dalam kesempatan itu, Umar juga membagikan sejumlah strategi pengasuhan minim trauma yang bisa diterapkan oleh orangtua. Di antaranya adalah melatih anak bertanggung jawab atas tindakannya, membiasakan ucapan maaf dan terima kasih, memberikan pujian yang tulus, tidak memberi label negatif seperti “nakal” atau “bandel”, serta menciptakan suasana rumah yang nyaman dan mindful.
“Orangtua sebaiknya fokus pada perilaku, bukan pada kepribadian anak. Kritik boleh, tapi jangan sampai menjatuhkan harga diri mereka,” jelasnya.
Pendidikan Seksual Sejak Dini
Selain pola asuh, Umar juga menekankan pentingnya pendidikan seksual sejak dini sebagai bagian dari perlindungan anak. Ia menilai, topik ini masih sering dianggap tabu oleh sebagian masyarakat, padahal sangat penting untuk mencegah kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak.
“Pendidikan seksual bukan soal aktivitas seksual, tetapi tentang mengenal tubuh sendiri, menghargai privasi, dan berani berkata tidak saat merasa tidak nyaman,” ujarnya.
DP3AKB, kata Umar, terus berupaya meningkatkan literasi pengasuhan melalui kegiatan sosialisasi, pelatihan parenting, dan kolaborasi dengan sekolah maupun lembaga masyarakat.
Investasi Jangka Panjang
Ia berharap, para orangtua di Balikpapan semakin menyadari bahwa pengasuhan yang sehat adalah investasi jangka panjang bagi masa depan anak dan masyarakat.
“Kuncinya adalah kesadaran dan konsistensi. Fokuslah pada hal yang bisa dikendalikan oleh orangtua, bukan memaksakan kehendak kepada anak,” tutupnya.***
BACA JUGA
