Ecoteologi Gala Puncak Balikpapan

The Gala Puncak di RT25 Gang Lima Pesona Bukit Batuah, Kelurahan Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara / Budi Susilo
The Gala Puncak di RT25 Gang Lima Pesona Bukit Batuah, Kelurahan Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara / Budi Susilo

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Pagi itu, di Masjid Al Ikhlas Perumahan Taman Bukit Sari Balikpapan usai pelaksaan sholat subuh berjamaah, di masjid ini menggelar agenda lanjutan berupa kajian hadis, Minggu 18 Mei 2025.

Begitu sholat selesai, belasan orang langsung berpencar dari barisan shaf, mencari posisi yang disukai, terutama mengincar dinding masjid agar bisa enak bersandar.

Diselumuti cuaca yang cerah, materi pengajian disampaikan oleh Ustaz Endang Jaelani yang bertempat tinggal di daerah Gunung Empat, Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.

Saat membuka lebar jendela Masjid Al Ikhlas, udara pagi segar terasa, langit masih terlihat redup lantaran sinar fajar belum terpancar maksimal.

Atmosfer ini semakin nyaman untuk menyimak kajian yang disampaikan ustaz yang juga sebagai Ketua Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama Balikpapan tersebut.

Materi yang disampaikan memberikan pencerahan rohani, berfokus pada akidah keimanan seorang muslim dan menggambarkan contoh perilaku tata krama yang bersumber dari Muhammad, rasul Allah.

Selain itu, dikesempatannya, Ustaz Endang Jaelani juga sampaikan soal pola hidup ramah lingkungan, mencintai alam dengan gemar menanam pohon untuk penghijauan, tidak membuang sampah, jaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan memperhatikan ekosistem yang lestari.

Jarang sekali ustaz berdakwah mengenai topik kelestarian alam. Sekalipun ada, bisa dihitung dengan jari. Belakangan, sejak Menteri Agama dijabat oleh Nasaruddin Umar, telah memberikan dorongan kepada pendakwah semua agama yang ada di Indonesia untuk bisa gencarkan pesan moral tema isu-isu lingkungan.

Konten dakwah mesti ada yang kaitkan agama dengan lingkungan, jadi satu kesatuan, tidak terpisahkan. Ajaran agama dan pesan lingkungan, ibarat dua sisi mata uang. Bila satu hilang, maka lenyaplah.  

Melihat fenomena ini, semakin optimis tren gaya hidup ramah lingkungan di masa mendatang akan semakin semarak. Menyadarkan diri untuk bersama-sama menjaga kesehatan planet bumi yang dihuni manusia, satwa dan tumbuhan.

Menjaga bumi, sama saja menjalankan perintah Allah. Menanam dan merawat pohon bagian dari ibadah. Menjaga tempat tinggal dari cemaran sampah non-organik itu tanda peduli terhadap diri sendiri dan orang lain. 

Punya lahan tidak melulu harus 100 persen beton bangunan, sempatkan ruang sekecil apa pun untuk vegetasi flora. Bumi langit yang biru, udara bersih, lingkungan asri akan memberi efek positif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. 

Inilah yang disebut dengan Ecoteologi. Satu hal yang sedang, dalam proses, dan terus berproses dalam lingkup kecil ruang terbuka hijau The Gala Puncak di RT25 Gang Lima Pesona Bukit Batuah, Kelurahan Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara.

Berusaha komitmen untuk membumikan Ecoteologi di lingkup mini, RT. Edukasi untuk menanam pohon teduh penyuplai udara segar kaya akan oksigen, menancapkan pohon umbi dan buah-buahan untuk ketahanan pangan.

Tidak membakar sampah non-organik: plastik, kertas, kain, busa, seng, agar lingkungan The Gala Puncak asyik, paru-paru warga sehat sentosa. Menjadikan sampah organik menjadi media penyubur tanah untuk tanaman.

Ruang terbuka hijau The Gala Puncak jadi satu di antara basis Ecoteologi di Balikpapan, Kalimantan Timur. Menciptakan ekosistem yang ramah lingkungan. Toh semua agama juga mengajarkan untuk mencintai bumi.

BACA JUGA :

Khusus dalam agama Islam pun ditegaskan dalam Al Quran, surat Al-A’raf ayat 56.

“Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”

Menjadikan pohon sebagai sahabat, yang memberi banyak manfaat. Menata dengan tanaman yang cerah, bunga-bunga keren sebagai simbol bahwa hidup ini adalah indah, teduhkan mata dan menentramkan jiwa.

Sebagian kontur tanah The Gala Puncak Balikpapan miring, dataran yang tidak rata. Jelas ini rawan longsor, bukan atas sekadar ramalan, prediksi imajinasi pikiran tapi benar-benar nyata karena ada beberapa rumah yang memang telah mengalami retakan, berada di pinggir bibir jurang daratan ini.

Lantaran itulah, celaka jika tiada pohon akar kuat sekelas bambu, akasia, dan bintaro. Ketiadaan pohon pastinya tanah di Gala Puncak bisa bergerak, longsor melanda, warga jadi bahan berita media massa, jadi ramai dan terkenal karena kena bencana.

Makanya, mari ramaikan Gala Puncak, bersama-sama ‘berpesta’ menanam pohon sebanyak-banyaknya, tidak jadi persoalan bila disebut orang edan. Kan yang penting planet bumi sehat, hidup jadi nyaman berkelas dan berkualitas. Salam lestari, hidup, hiduplah Ecoteologi Gala Puncak. (*)

FOTO: Suasana lingkup kecil ruang terbuka hijau The Gala Puncak di RT25, Gang Lima Pesona Bukit Batuah, Kelurahan Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. (HO/Gala Puncak)

Penulis: Budi Susilo, pegiat Hutan Gala Puncak

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses