SURABAYA, Inibalikpapan.com – Sebagai negara yang letak geologisnya berada di wilayah ring of fire yang sangat rawan bencana, Indonesia dipandang belum memaksimalkan daya ingat kolektif dan pengetahuan lokal sebagai salah satu bentuk untuk upaya pegurangan risiko bencana.

Pengetahuan tak tertulis menjadi kearifan lokal masyarakat, hanya berupa legenda, cerita mulut ke mulut, syair lokal, tembang/kidung, dan lainnya.

Atas dasar inilah, Skala Indonesia bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lembaga Kemitraan Australia-Indonesia untuk Kesiapsiagaan Bencana (Siap Siaga), berencana melanjutkan misi riset mitigasi bencana yang diberi nama Ekspedisi JawaDwipa ke wilayah Jawa Timur

Sebelumnya kegiatan yang sama juga dilaksanakan di Palu, Sulawesi Tengah dan sebagian wilayah di Provinsi Banten.

“Bagi BNPB kegiatan Ekspedisi ini sangat penting, karena literasi tentang sejarah bencana di Indonesia itu tersebar di berbagai wilayah baik dalam bentuk tradisi lisan maupun tertulis, melalui naskah-naskah kuno,” ujar  Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, Udrekh dalam siaran persnya

“Dan masih sangat sedikit informasi tentang sejarah bencana di Indonesia, yang ditelusuri melalui tradisi lisan dan juga tradisi tulis melalui berbagai naskah kuno yang ada

Diharapkan hasil dari Ekspedisi ini nantinya akan menjadi temuan yang bisa dipublikasikan dan menjadi rujukan untuk Menyusun berbagai bahan ajar kepada masyarakat seara umum, maupun di tingkat lokal.

Penanggung Jawab Tim Ekspedisi JawaDwipa Segmen Jawa Timur, Trinirmala Ningrum, menjelaskan alasan timnya untuk mengadakan penelitian adalah untuk membangkitkan pengetahuan kearifan lokal masyarakat, mengenai kesadaran untuk mitigasi bencana yang banyak terekam

Bahkan yang sudah terpendam selama berabad-abad lamanya, di samping penggalian kembali nilai-nilai sejarah bencana masa lalu yang bersumber dari ingatan kolektif masyarakat, artefak dan naskah-naskah kuno.

Jawa Timur dipilih menjadi perjalanan awal, karena berdasarkan catatan sejarah Jawa Timur juga pernah mengalami bencana gempa. Tsunami di masa lalu, kawasan pesisir Selatan Jawa Timur, diyakini juga mempunyai nilai kearifan lokal yang juga dianut masyarakat setempat sebagai upaya memitigasi bencana yang sudah diterapkan secara turun-temurun.

“Tentu hasil penelitian ini nantinya akan diberikan kepada pemerintah setempat, sebagai bagian dan rujukan untuk membangun kesadaran masyarakat di wilayahnya, “ ungkap Udrekh.

“Harus diakui memang selama ini pendekatan yang kita lakukan adalah berdasarkan teknologi yang berkembang. Kita lupa hal yang terpenting adalah bagaimana meningkatkan literasi kepada masyarakat, terutama untuk usaha meminimalisasi jatuhnya korban jiwa akibat gempa dan tsunami,”

Perlu diketahui, Ekspedisi JawaDwipa Segmen Jawa Timur akan dilakukan oleh dua tim yang akan berpenar melakukan penelitian.

Peneliti yang berjumlah 13 orang berlatar belakang Sejarah, Arkeologi, Sosiologi, Antropologi dan Geologi. Nantinya tim peneliti tersebut akan melakukan risetnya di wilayah Selatan dan beberapa di bagian Utara Jawa Timur, seperti Blitar, Malang, Banyuwangi, Pacitan.

Sementara untuk wilayah Utara Jawa Timur dimulai dari Tuban menuju Mojokerto, Surabaya hingga Bondowoso. Riset ini akan dijalankan di sepanjang bulan November hingga Desember 2022.

Sedangkan, output dari ekspedisi, yakni akan membuat buku, artikel populer, video pendek dan film dokumenter. Yang mana, juga akan diikuti dengan seri diskusi publik tentang pengetahuan dan ancaman bencana.

“Hasil dari ekspedisi ini nantinya akan kami advokasikan pada pemerintah agar dapat dijadikan pertimbangan dalam kebijakannya,” pungkasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version