BALIKPAPAN, Inibalikpapan – Tidak butuh waktu yang lama bagi Hamurin Hamara untuk meraih kesuksesan. Berawal dari tahun 2012 lalu, ketika Hamurin memulai usahanya membuat kerupuk cumi-cumi dan stik cumi-cumi, dengan hanya bermodalkan tabungan Rp 3 juta.

Namun tak disangka, bermodalkan kerja keras, usaha yang ditekuninya bersama istri tercinta itu justru sukses. Karena kini Pria berusia 33 tahun itu menghasilkan  keuntungan puluhan juta atau mencapai 50 juta setiap bulannya.

“Saya mulai usaha tahun 2012, saat itu saya resign dari hotel dan yakin bersama istri menjalani usaha kerupuk cumi-cumi,” kata Hamurin, saat ditemui dikediamannya jalan Pemuda Batakan kawasan Balikpapan Timur.

“Untuk tahap awal memproduksi krupuk sekaligus stik yang terbuat dari 1 Kg cumi dan 3 Kg terigu. Kemudian kami titipkan ke toko-toko yang jualan makanan oleh-oleh khas Balikpapan,” beber pria kelahiran Kendari 1982.

Awalnya kata Hamurin, memang usahanya tak semulus harapannya, karena sempat ditolak toko-toko  kerupuk cumi-cumi dan stik cumi-cumi. Namun hal itu tidak membuatnya patah semangat, dan justru lebih terpacu.

Ia kembali menyusuri toko-toko yang bisa diajak menjadi mitra. Memang dari sekian banyak toko yang kunjungi hanya sekitar 4 hingga 6 toko yang  mau menerima kerupuk cumi dan stik cumi butannya.  Tak disangka, mitra yang terbatas itulah yang memberinya keuntungan ganda.

“Jadi toko yang bersedia saya titipkan barang justru di situ penjualan produk saya yang paling laris,” ungkapnya Minggu (24/01/2016). Frekuensi produksi lantas ditingkatkan menjadi 1 kg setiap 2 hari. Omzet sebesar Rp12 juta pun diperoleh setiap bulan.

Seiring berjalannya waktu, 3 bulan kemudian produksinya meningkat karena permintaan. Menjadi 6 kg per hari. Alhasil dari sekadar mengantongi Rp12 juta menjadi Rp20 juta. Kalau sudah begitu pekerjanya pun ikut bertambah menjadi 4 pekerja dari semula hanya 2 orang.

Karena bisnisnya terus berkembang, satu tahun kemudian, dia mulai merambah produk lain, yakni amplang, krupuk bawang, krupuk udang, stik bawang dan stik udang. Seluruh produknya diberi merek Bondang yang kemudian dipatenkan lengkap dengan label halal dari MUI dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

“Produk yang kami kembangkan sudah dipatenkan dengan beberapa varian,” ujar pria yang memiliki dua anak ini.

Keputusan memperkaya pilihan produk tak asal-asalan ditempuh. Khususnya untuk penganan khas seperti amplang. Hamurin mengaku bersama istri harus menimba ilmu ke ahlinya bahkan membeli resep.

Kini tak kurang omzet sebesar Rp50 juta dikantongi setiap bulan. Balikpapan dan Samarinda merupakan pasar andalannya. Tak sedikit juga yang berasal dari luar pulau.

Dengan omzet yang semakin besar,  Hamurin bisa membeli dua unit rumah dan kendaraan serta fasilitas lainnya. Bahkan satu unit rumah yang dibelinya  diperuntukkan khusus pabriknya.

Kesuksesan yang dihasilkan saat ini tidak akan berhenti, Hamurin mengatakan dengan berlakunya masyarakat ekonomi Asean ini menjadi tantangan baginya. “Suka tidan suka kita harus siap hadapi dan siap bersaing dalam menghadapi MEA,” tandasnya.

Rahmadaty

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version