Film ‘A Normal Woman’ yang Dibintangi Marissa Anita Trending di Netflix, Ini Sinopsisnya
JAKARTA, inibalikpapan.com – Netflix kembali merilis film orisinal Indonesia yang langsung mencuri perhatian. A Normal Woman, karya sutradara Lucky Kuswandi, hadir dengan genre thriller psikologis yang menyoroti tekanan mental dan luka batin perempuan modern. Baru sehari tayang, film ini langsung menempati posisi #1 film terpopuler di Netflix Indonesia, menurut data FlixPatrol per 25 Juli 2025.
Film ini berpusat pada sosok Milla (Marissa Anita), seorang sosialita kaya raya yang dari luar tampak memiliki segalanya: kecantikan, kekayaan, dan keluarga terpandang. Ia menikah dengan Jonathan (Dion Wiyoko), putra tunggal dari keluarga konglomerat farmasi, dan tinggal di rumah mewah bersama ibu mertuanya, Liliana (Widyawati), yang memegang kendali penuh atas keluarga.
Namun di balik kemewahan itu, Milla hidup dalam tekanan yang sunyi. Ia menjadi boneka cantik yang tidak punya kuasa atas hidupnya sendiri. Hidupnya mulai berantakan ketika ia tiba-tiba menderita penyakit misterius—luka-luka aneh muncul di tubuhnya, disertai halusinasi dan rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan secara medis.
Perjalanan mencari asal-usul penyakit ini membawa Milla menyusuri kembali luka batin dan trauma masa lalu yang selama ini ia pendam. Tubuhnya seolah memberontak terhadap peran-peran sosial yang dipaksakan padanya.
Film ini juga mengangkat konflik lintas generasi lewat karakter Angel (Mima Shafa), putri Milla yang berani melawan tekanan keluarga dan mencoba memutus rantai trauma. Sosok Angel menjadi kontras dari ibunya: muda, tegas, dan menolak tunduk.
Sinematografi yang tertata dengan tenang namun membangun atmosfer mencekam membuat film ini bukan sekadar thriller biasa. Penonton menyelami isi kepala karakter utamanya, di mana batas antara realitas dan delusi semakin kabur.
Berawal dari Kegelisahan
Mengutip Suara, jaringan inibalikpapan.com, dalam wawancaranya, Lucky Kuswandi menyebut ide cerita film ini lahir dari kegelisahan terhadap fenomena “a woman trapped”—perempuan yang terperangkap dalam norma sosial patriarkal. Menurutnya, gangguan psikologis tidak selalu hadir dalam bentuk ledakan emosi. Tapi juga bisa berupa sikap menyenangkan orang lain secara berlebihan atau rasa hampa yang sulit mereka jelaskan.
Hal ini mendapat pengaminan oleh penulis naskah Andri Cung, yang membalut cerita dengan banyak simbol dan emosi yang tertahan. A Normal Woman tak hanya menyentuh persoalan kesehatan mental. Tapi juga menjadi refleksi sosial tentang bagaimana peran perempuan sering terbentuk dan mendapat pemaksaan,
Lebih dari sekadar hiburan, film ini menantang penonton untuk bertanya: berapa banyak luka batin yang tersembunyi di balik senyum perempuan “normal”?***
BACA JUGA
