Film ‘Pelangi di Mars’ Segera Dirilis, Karya Fiksi Ilmiah yang Dibintangi Rio Dewanto-Lutesha

Karakter-karakter utama film ini resmi diperkenalkan dalam acara character reveal di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (17/7/2025). Dalam acara tersebut, para pemeran berbagi pengalaman mereka selama proses syuting, khususnya saat beradegan mengenakan kostum astronot. (Foto: Press Kit Pelangi di Mars)

JAKARTA, inibalikpapan.com — Rumah produksi Mahakarya Pictures tengah menggarap Pelangi di Mars, film fiksi ilmiah keluarga bertema petualangan yang mengisahkan perjuangan seorang gadis kecil di planet Mars. Disutradarai Upie Guava dan diproduseri Dendi Reynando, film ini menjadi proyek ketujuh Mahakarya Pictures yang dikenal selalu menghadirkan karya-karya dengan visual inovatif.

Berlatar tahun 2090, saat persediaan air bersih di Bumi dimonopoli oleh korporasi raksasa Nerotex, Pelangi di Mars menghadirkan kisah Pelangi (Messi Gusti), gadis 12 tahun yang menjadi manusia pertama lahir dan besar di Mars.

Setelah ditinggalkan ibunya, Pratiwi (Lutesha), Pelangi tumbuh seorang diri di planet tandus itu hingga bertemu sekelompok robot rusak. Bersama mereka, Pelangi memulai petualangan mencari mineral legendaris Zeolith Omega — satu-satunya harapan menyelamatkan Bumi dari krisis air.

Film ini juga dibintangi Rio Dewanto sebagai Banyu, dengan visual yang mengandalkan teknologi Extended Reality (XR) dan Unreal Engine, menjanjikan tontonan lintas generasi yang inspiratif dan memukau. Saat ini, Pelangi di Mars masih dalam tahap produksi dan dijadwalkan tayang tahun depan.

Dari Rio Dewanto hingga Lutesha

Karakter-karakter utama film ini resmi diperkenalkan dalam acara character reveal di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (17/7/2025). Dalam acara tersebut, para pemeran berbagi pengalaman mereka selama proses syuting, khususnya saat beradegan mengenakan kostum astronot.

Messi Gusti, yang memerankan Pelangi, mengaku sempat kesulitan memakai kostum yang berat dan panas.

“Aku keberatan pakai baju ini, memang berat. Sebenarnya pas awal-awal pakai berat, panas, agak sulit untuk bergerak. Padahal di film gerakan aku harus sebanyak itu, sepowerfull itu,” kata Messi dalam jumpa pers, melansir Suara, jaringan inibalikpapan.com.

Helm astronot yang digunakan Messi, Rio, dan Lutesha bahkan memiliki bobot hingga 2,9 kilogram. Beruntung, Messi mendapat sedikit keringanan setelah kostumnya disesuaikan oleh kru produksi.

“Padahal bajunya agak susah bergerak tapi beberapa sudah di-carry, begitu akhirnya lumayan bisa bergerak,” tambahnya.

Rio Dewanto pun merasakan tantangan serupa. Untungnya, ada kipas angin kecil yang terpasang di dalam kostum mereka.

“Tapi karena ada kipas angin, jadi kita kadang-kadang nyaman. Cuma kadang-kadang kalau dengarin orang ngomong agak susah, karena punya kipas gitu, ‘duh ngomong apa nih’,” ujar Rio sambil tertawa.

Lutesha, pemeran Pratiwi, menambahkan bahwa penggunaan teknologi XR menuntut para aktor untuk bekerja ekstra dengan daya imajinasi mereka.

“Jadi ini memang membutuhkan tingkat fokus dan daya imajinasi yang lebih tinggi… kita harus ngerespon dengan daya imajinasi kita,” katanya.

Di balik layar, Rio memuji tangan dingin sang sutradara Upie Guava dan produser Dendi Reynando yang menurutnya berani tampil beda di industri film nasional.

“Kalau menurut gue nih, Upie dan Dendi ini disruptif banget di perfilman Indonesia. Semua dikulik dari suara, kamera, perintilannya, dan Upie bahkan langsung yang operate kamera juga,” kata Rio.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses