BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – KPU Kota Balikpapan tak ingin disalahkan terkait golput yang tinggi pada penyelenggaraan pilkada 9 Desember 2020. Karena merasa sudah maksimal dalam persiapan dan pelaksanaannya lancar.

“Porsi KPU itu pada tataran tekhnis, kalau KPU ternyata amburadul persiapannya, pelaksanaannya kacau balau nah ini KPU menyumbang besar terhadap golput,” ujar Ketua KPU Kota Balikpapan Noor Thoha, Rabu (16/12/2020).

“KPU dari sisi penyelenggaraan, dari sisi kepanitiaan tenaganya oke tidak ada masalah. Dari sisi logistik tidak masalah. Dari sisi pelaksanaan lancar. KPU kami merasa sudah melakukan apa yang harus kami lakukan, sampai ke rekapitulasi tidak ada masalah,”katanya.

Thoha mengatakan, pasangan calon (paslon) dan Pemerintah Kota (Pemkot) memiliki peran masing-masing untuk menngkatkan partisipasi pemilih. Bagaimana mengajak masyarakat agar mau datang ke TPS dan mencoblos.

“Bahwa ada orang tidak mau datang ke TPS kan tidak hanya masalah tekhnis. Urusan tekhnis masalah KPU,” ujarnya.

Menurutnya, saat kampanye paslon maupun tim sukses harusnya bisa meyakinkan pemilih untuk datang ke TPS dan mencoblos. Sehingga akan mempengaruhi tingkat partisipasi. Karena secara tekhnis KPU telah menyiapkannya.

“Tapi urusan meyakinkan pemilih itu urusan calon. Makanya ada kampanye, kampanye adalah kegiatan meyakinkan pemilih untuk datang, untuk mencoblos,” ujanya.

“Maka datang ke TPS bukan hanya sekadar TPS nya ada, APD nya ada terus datang, kan gak. Harus diyakinkan, nah itu wilayahnya calon,”

Lalu lanjutnya, Pemkot juga memiliki peran yang penting untuk meningkatkan pemilih melalui pendidikan politik dan berdemokrasi. “Kemudian ada wilayah pemerintah, pemerintah itu pendidikan pemilih,” ucapnya.

“Bagaimana orang mempersepsikan kepada demokrasi, mempersepsikan terhadap politik. Ini harus melalui pendidikan pemilih, ini prosesnya panjang,”katanya.

Meski begitu, Thoha justru menilai partisipasi pemilih justru lebih baik dalam 3 periode terakhir pilkada Balikpapan. Karena pilkada tahun ini tingkat partisipasi lebih dari 60%, pada periode sebelumnya 59% dan 2011 justru 56%.

“Kemarin itu penghitungan sementara 60,1% , itu saya pikir tidak terlalu rendah dalam sejarahnya Pilkada Balikpapan itu tahun 2011 itu 56%partisipasi,” nilainya.

“Pada 2015 itu 59% sekarang 60%, bayangkan dimasa pandemi covid-19 dengan calon tunggal, itu saya berpikir malah bisa anjlok. Dalam kondisi itu termasuk tinggilah hitungannya.”tutupnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version