BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Imbas melemahnya rupiah terhadap dollar yang tembus Rp 14 ribu telah berdampak pada harga kedelei yang selama ini di impor dari Amerika Serikat.

Para pengrajin tahun dan tempe di Kawasan Industri Kecil Menengah (KIKM) Somber Balikpapan pun mengaku, harus memutar otak agar mereka tetap bisa produksi.

Hal itu karena harga kedelei yang merupakan bahan untuk membuat tahu dan tempe melonja dalam dua pekan terakhir. Harga kedelei impor yang sebelumnya Rp 7.200 per kg menjadi Rp 8 ribu.

Para pengrajin memang tidak mungkin menaikkan harga tahu dan tempe. Sehingga yang dilakukan agar tetap bisa produksi ditengah harga kedelei yang melambung, terpaksa mengurangi ukuran tahu dan tempe.

“Untungnya tipis, jadi kita kurangi kedelainya beberapa gram. Kalau menaikan harga justru agak berat karena konsumen biasanya enggan membeli,” ujar Rukyat, perajin tahu tempe

Menurutnya, dalam sehari dia membutuhkan sekitar 250 kg kedelei dan ketika diolah bisa menjadi 800 bungkus tempe dengan berbagai ukuran. Sedangkan tahu 38 ember atau 7.200 potong

“Satu bungkus tempe paling murah dihargai Rp2 ribu dan termahal di ukuran besar yakni Rp3.500 per bungkus. Saya juga bikin kecambah. Alhamdulillah, itu bisa menutupi kekurangan pendapatan,” ujarnya.

Sementara, Saidah dari Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Primkopti) Balikpapan menjelaskan, kebutuhan kedelai per bulan untuk perajin mencapai 12 kontainer dengan bobot kedelai maksimal 23 ton.

“Kami hanya mampu menyediakan 7 sampai 8 kontainer dan harga jual sekarang stabil di angka Rp8 ribu untuk satu kilogram kedelai setelah naik secara bertahap,” ujarnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version