Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025: Jurnalisme dalam Tekanan
JAKARTA, Inibalikpapan.com – Hari Kebebasan pers Sedunia 2025 yang jatuh pada 3 Mei, hari ini menjadi momentum bagi jurnalis untuk bersama-sama menghadapi berbagai tantangan dan tekanan.
Hal itu disampaikanKoordinator Bidang Pelatihan dan Program Jurnalisme Berkualitas, Komite Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital (KTP2JB) Sasmito Madrim dalam siaran persnya.
Mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) itu menyebut, bahwa peringatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan panggilan darurat untuk merespons kondisi krisis kebebasan pers saat ini.
“Demokrasi dan pers kita sedang tidak baik-baik saja. Tapi komunitas pers harus tetap optimistis dan terus mencari solusi,” tegas Sasmito yang juga Ketua Panitia peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025 yang digelar KTP2JB bersama Indonesian Institute of Journalism (IIJ)
RSF: Kebebasan Pers Global dalam Kondisi Kritis
Laporan terbaru dari Reporters Without Borders (RSF) memperkuat urgensi tema tahun ini. RSF mencatat bahwa indikator ekonomi dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2025 kini berada pada titik terendah sepanjang sejarah. Penurunan tajam ini menjadikan situasi kebebasan pers global masuk dalam kategori “sulit”.
BACA JUGA : PSS Sleman Wajib Kalahkan PSM Makassar Jika Tak Ingin Terdegradasi
Di Indonesia, skor kebebasan pers juga terus memburuk. Berdasarkan data RSF, Indonesia merosot dari peringkat 111 (51,15 poin) pada 2024 ke posisi 127 (44,13 poin) pada 2025. Hal ini menunjukkan kemunduran signifikan dan menempatkan kebebasan pers Indonesia dalam kategori rawan.
Tantangan Serius Media Indonesia: Oligarki, Ekonomi, dan Politik
Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar dunia kini menghadapi tantangan serius dalam menjaga ekosistem pers. Di antaranya, transformasi digital yang belum merata.
Lalu, tekanan politik dan ekonomi terhadap redaksi media, kesejahteraan pekerja pers yang memprihatinkan dan konsentrasi kepemilikan media oleh konglomerasi dan elit politik, serta perubahan perilaku konsumsi informasi di masyarakat
Semua ini memperlihatkan bahwa ekosistem media yang sehat dan independen tak bisa diciptakan tanpa keterlibatan semua pihak—pemerintah, industri, akademisi, masyarakat sipil, hingga platform digital.
KTP2JB dan IIJ menyelenggarakan peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025 pada 3–4 Mei di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Kegiatan ini mengusung tema besar “Media Sustainability: Strengthening Democracy and Public Trust” sebagai respons terhadap berbagai krisis yang kini mengancam eksistensi media independen di Indonesia dan dunia.
Event dua hari ini mempertemukan jurnalis, pelaku media, mahasiswa, akademisi, pegiat literasi, platform digital, dan pemerintah untuk membahas masa depan jurnalisme berkualitas di tengah derasnya arus disrupsi digital dan tekanan ekonomi.
“Di era digital, tantangan keberlangsungan jurnalisme semakin kompleks. Kolaborasi lintas sektor sangat dibutuhkan agar pers tetap bisa bekerja secara independen dan bebas dari intimidasi,” ujar Ketua KTP2JB, Suprapto, Jumat (2/5/2025).
BACA JUGA
