Hetifah Sjaifudian Serukan Introspeksi DPR dan Reformasi Anggaran

Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian. Foto: dok/vel / DPR

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com — Tragedi jatuhnya korban jiwa dalam aksi demonstrasi di sejumlah daerah memicu keprihatinan mendalam di kalangan parlemen.

Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menyampaikan belasungkawa sekaligus kritik tajam terhadap sikap DPR yang dinilainya belum sepenuhnya membuka ruang aspirasi rakyat.

“Tidak ada suara rakyat yang seharusnya dibayar dengan nyawa,” tegas Hetifah melalui unggahan di akun Instagram resminya, Sabtu (30/8). Ia menyebut demokrasi hanya bisa tumbuh bila masyarakat diberi ruang aman untuk menyampaikan pendapat tanpa rasa takut.

Menurut politisi Golkar asal Kalimantan Timur itu, tragedi ini menjadi pengingat pahit bahwa sikap dan kebijakan DPR berimplikasi langsung pada kehidupan rakyat. “Saya memohon maaf atas tragedi yang terjadi di tengah iklim demokrasi kita. Cara kami di DPR menanggapi aspirasi rakyat memiliki konsekuensi besar terhadap kehidupan dan demokrasi bangsa,” ujarnya.

Seruan Introspeksi dan Reformasi

Hetifah mendesak agar DPR melakukan introspeksi menyeluruh. Ia menegaskan, tragedi korban jiwa seharusnya menjadi momentum bagi parlemen untuk lebih bijak, transparan, dan berempati dalam setiap pernyataan maupun kebijakan.

“Momen ini harus menjadi penggerak bagi DPR untuk introspeksi dengan tulus agar lebih bijak dan berempati dalam membuat pernyataan publik,” ungkapnya.

Tak hanya itu, Hetifah menekankan bahwa simpati tidak cukup. Ia berkomitmen mendorong agar setiap kasus yang merenggut nyawa diproses dengan hukum yang adil dan transparan. Ia juga menyatakan dukungan terhadap langkah Fraksi Partai Golkar yang siap meninjau ulang tunjangan, fasilitas, dan anggaran DPR yang selama ini dinilai berlebihan.

“Saya berkomitmen mendorong agar suara rakyat sungguh-sungguh mendapat ruang di parlemen, serta setiap tragedi diproses dengan hukum yang adil dan transparan,” tulisnya.

Demokrasi dan Pesan Kemanusiaan

Unggahan Hetifah mendapat perhatian luas karena muncul di tengah gelombang protes mahasiswa dan masyarakat yang menolak besarnya gaji serta tunjangan DPR RI. Kericuhan dalam aksi tersebut menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai puluhan lainnya.

Hetifah menegaskan kembali bahwa demokrasi hanya akan bertahan bila berlandaskan pada keadilan dan kemanusiaan. “Tidak ada demokrasi tanpa rakyat yang merasa didengar dan dilindungi. Tidak ada suara rakyat yang pantas dibayar dengan nyawa,” pungkasnya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses