BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com —-Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kalimantan Bagian Timur masih mencatat realisasi penerimaan positif. Terutama dari Industri kayu dan kelapa sawit menjadi pendorong penerimaan selama 2020.

Selama pandemi, kegiatan tidak terlalu signifikan karena dilakukan secara otamatisasi. Namun sisi penerimaan, Kantor Wilayah Bea Cukai Kalbagtim cukup berpengaruh di 2020 apalagi sudah dua kali dilakukan penyesuaian target penerimaan yang dibebankan.

“Target kita penerimaan di 2019 Rp 640 miliar sedangkan 2020 Rp513 miliar. Sebenarnya terlihat sekali dampak covid terutama dari pendapatan penerimaan yang ada di Kanwil Bea Cukai Kalbagtim,” ujar Kabid Kepabeanan dan Cukai Dwi Agus Prasodjo kepada media dalam giat media gathering secara virtual, Kamis (21/1/2021).

Dengan revisi target 2020, lanjut Dwi Agus sepanjang 2020 pihaknya berhasil mencapai target. Selama satu tahun realisasi bea masuk, bea keluar, dan cukai sebesar Rp 554,30 miliar.

“Untuk target APBN tahun lalu sebesar Rp 513,81 miliar artinya realisasi kami lebih tinggi. Namun, jika dibanding tahun lalu realisasi kami menurun minus 8,68 persen,” ujar Dwi Agus Prasodjo.

Secara rinci, penerimaan bea masuk sebesar Rp 490,64 miliar, bea keluar Rp 62,78 miliar, dan cukai Rp 860 juta. Sedangkan untuk pajak impor, pihaknya berhasil menyerap Rp 1,4 triliun.

Sedangkan, 2019 target penerimaan tahun lalu Rp 640miliar. Namun hanya terealisasi sebesar Rp 606,9 miliar. Dari semua penerimaan, hanya bea masuk yang tidak sesuai target. Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) hanya mendapat Rp 572,2 miliar dari target Rp 609,1 miliar atau sekitar 93,94 persen.

Dwi menjelaskan, penerimaan untuk bea keluar dan masuk masih didominasi dari pertambangan. Namun, ada komoditas yang menunjukan tren positif. Seperti, CPO dan kayu fener.

“Kayu dulunya Plywood sudah bergeser ke kayu fener. Dua komoditas ini menunjukan kinerja positif selama tahun lalu. Sedangkan untuk bea masuk didominasi spare part dan komponen untukk proyek migas,” bebernya.

Untuk tahun ini, pihaknya memproyeksi penerimaan lebih rendah. Kondisi Pandemi masih membuat sektor usaha menurun.

“Covid-19 belum bisa dipastikan sampai kapan. Kondisi tersebut membuat dunia usaha di tengah ketidakpastian,” katanya.

Untuk target APBN 2021, pihaknya belum menerima dari pusat. Kendati demikian, pihaknya memproyeksikan realisasi bea masuk, keluar, dan cukai menurun dibanding tahun lalu yakni Rp 472,78 miliar. Bea masuk sebesar Rp 4847,78 miliar, bea keluar Rp 24,74 miliar, dan cukai sekitar Rp 250 juta.

“Meski mengalami penurunan, ada tren positif lainnya,” aku Dwi.

Sementara itu, Kabid Fasilitas Kepabeanan dan Cukai, Erwindra Rachmawan mengatakan, tahun ini justru ada penambahan fasilitas kepabeanan. Total ada 6 perusahaan yang membangun kawasan.

“Ada perusahaan yang sudah investasi duluan. PLB CPO, mereka sudah investasi untuk pengembangan bisnisnya. Jadi bukan wait and see, mereka investasi nyata. Investornya ini dari Inggris,” katanya.

Ia optimis investor masih ada. Sehingga ekonomi Kaltim bisa di jalur positif. Sehingga penerimaan pihaknya bisa meningkat. Selain itu, sektor migas juga masih bagus. Aktifitas bea masuk masih terus aktif.

“Sektor CPO dan kayu kami harap bisa membantu penerimaan 2021,” tutup Erwindra.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version