Kaltim Alami Deflasi 0,30% pada Februari 2025, Ini Penyebabnya
SAMARINDA, Inibalikpapan.com – Kaltim mengalami deflasi sebesar 0,30 persen year-on-year (YoY) pada Februari 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim, deflasi ini dipicu oleh penurunan harga pada beberapa sektor utama, seperti tarif listrik, angkutan udara, telepon seluler, bahan bakar minyak (BBM), dan lainnya.
Data tersebut dipaparkan dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi yang digelar secara virtual pada Selasa, 4 Maret 2024, dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian.
Turut hadir dalam rapat ini Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Haikal Hassan, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dan Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir.
Komoditas Pemicu Inflasi di Kaltim
Meskipun mengalami deflasi, sejumlah komoditas justru menjadi pemicu inflasi di kaltim, seperti, emas perhiasan, beras, kopi bubuk, cabai rawit, minyak goreng, air kemasan, beberapa jenis makanan, minuman, dan sayur-sayuran.
BACA JUGA :
Menanggapi hal ini, Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud menegaskan bahwa pemerintah akan menindaklanjuti kenaikan harga minyak goreng.
“Kaltim merupakan produsen kelapa sawit yang menjadi bahan baku minyak goreng sawit. Potensi ini harus dimanfaatkan dengan baik sebagai upaya menekan inflasi di daerah,” ujar Rudy.
Tren Inflasi Nasional
Sementara itu, Mendagri Tito Karnavian menyampaikan data dari BPS Maret 2025, yang menunjukkan bahwa inflasi nasional pada Februari 2025 mengalami deflasi sebesar -0,09 persen YoY dibandingkan Februari 2024, serta -0,47 persen secara bulanan (month-to-month) dibandingkan Januari 2025.
“Meskipun terjadi deflasi, daya beli masyarakat masih dalam kategori cukup baik. Saya melihat ini tidak mengkhawatirkan, karena kemampuan daya beli masyarakat masih cukup stabil,” jelas Tito.
BACA JUGA

