BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Akibat pelampauan pendapatan yang melebihi target Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B (KPPBC TPB) Balikpapan melakukan revisi target penerimaan pada pertengahan tahun 2022 ini.

Pada awalnya, target penerimaan tahun 2022 hanya Rp1,01 triliun namun realisasinya mencapai 3,17 triliun.

Hal ini dampak dari muncul perang Rusia Ukraina, sehingga kebutuhan minyak sawit di Eropa sangat tinggi. Sehingga berimplikasi pada  bea keluar mengalami peningkatan signifikan terutama dari ekpors komoditas minyak kepala sawit.

 “Hal itu disebabkan [tingginya] bea keluar CPO (Crude Palm Oil) yang dipengaruhi oleh konflik Rusia-Ukraina. “Kami sangat terbantu dengan ekspor bea keluar, karena kemarin ada kelangkaan minyak goreng dalam negeri sehingga tarif dinaikkan. Biasa hanya pungutan ekspor, tapi sekarang ada bea keluar karena nilainya melewati ambang batas lama-lama nilainya semakin naik naik,” terang Kepala KPPBC TPB Balikpapan, Awan Jogyantoro dalam pertemuan dengan media, Rabu(14/9/2022).

Awan menjelaskan target BC Balikpapan pada agustus 2022 lalu direvisi menjadi Rp3,7 triliun. Kemudian, per 8 September 2022, realisasi penerimaan tahunan kembali surplus dengan persentase 102,84 persen atau Rp3,81 triliun dari target Rp3,70 triliun.

Jika dirinci, penerimaan bersih untuk bea masuk sebesar Rp876,77 miliar rupiah, bea keluar Rp2,93 triliun dan cukai mencapai Rp104,78 juta.

“Tertinggi memang dari bea keluar untuk  eskpor yang sangat dominan. Kalau bidang cukai kita bukan seperti jawa bukan produsen cukai atau rokok,” katanya.

Awan mengungkapkan bahwa pada awalnya pemerintah ingin membatasi ekspor minyak akibat kelangkaan minyak goreng dalam negeri, sehingga salah satu cara paling cepat mencegah ekspor dengan menaikkan bea keluar. 

“Ternyata biaya semakin tinggi ekspor tetap dilakukan. Kalau bea masuk semua barang yang diimpor itu dikenakan pungutan berpengaruh ke penerimaan dan bea keluar filosofinya membatasi supaya tidak ada kelangkaan, melindungi SDA supaya tidak rusak, dan adanya lonjakan harga,” jelasnya.

Provinsi Kalimantan Timur termasuk urutan teratas dalam hal penerimaan bea cukai untuk seluruh kanwil terutama pencapaian penerimaan dari bea keluar.

“Bea keluar yang besar selain Kaltim adalah Sumatera. Lalu Jawa. Kalau kanwil lain disupport oleh cukai,” pungkasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version