Kematian Remaja Di Manggar Terkesan Janggal, Keluarga Minta Diautopsi

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Kasus meninggalnya DA (15) remaja putri yang  bersekolah disalah satu SMK di Kota Balikpapan pada Sabtu (28/10/2023) masih menjadi pertanyaan besar masyarakat Balikpapan.

Adanya kejanggalan dan dugaan-dugaan mulai bermunculan dikalangan masyarakat, ada yang bilang ini kasus pembunuhan, ada mal praktik dari pihak rumah sakit, bahkan dugaan bunuh diri juga muncul.

Untuk itu media Inibalikpapan.com berkesempatan mendatangi rumah korban yang berada di Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur, pada Senin (6/11/2023).

Di rumah duka, media diterima hangat oleh pihak keluarga, saat itu ada ayah korban biasa dipanggil warga sekitar Pak Eko yang ditemani anak pertamanya Siska yang juga kakak dari DA.

Siska awalnya menyayangkan sejumlah pemberitaan yang muncul sebelumnya, terkait pihak keluarga yang mengatakan tidak ada membuat laporan ke pihak kepolisian terkait meninggalnya DA.

“Kami sudah berulang kali mas ke Polsek Balikpapan Timur, bahkan sudah 3 kali,” kata Siska.

Yang terbaru pada Minggu malam (5/11/2023) dirinya membuat laporan ke Polsek Balikpapan Timur, disana pihaknya sudah dimintai sejumlah keterangan oleh pihak kepolisian.

“Mereka mau dengar terkait kronologi kejadian, hingga adanya luka lebam dibagian punggung dan pada bagian lehernya DA yang dilihat oleh pihak keluarga,” aku Siska.

Sebagai kakak tertua, Siska tentunya ingin ada kejelasan terkait meninggalnya sang adik tercinta, yang dirasa mendadak dan penuh tanda tanya. Padahal sebelum meninggal DA masih sempat berbincang-bincang dengannya di siang itu.

“Aneh aja mas, dia itu gak ada sakit, kok tiba-tiba ditemukan telentang di ruang tengah rumah sudah kayak orang gak sadarkan diri,” kata Siska.

Siska menceritakan awalnya pada Sabtu (28/10/2023) sekitar pukul 16.30 Wita, Siska bersama ayahnya pergi keluar rumah menuju ke Klandasan untuk membeli sesuatu, meninggalkan DA sendirian di dalam rumah.

Sekitar pukul 18.10 Wita, Siska bersama ayah sudah tiba di rumah, keduanya sempat kaget setelah pintu utama rumah yang awalnya pada saat pergi ketutup rapat, ini malah dengan mudah dibuka.

“Ayah saya yang buka duluan pintu, katanya tidak rapat dan mudah didorong pintu sudah terbuka,” kata Siska.

Keduanya beriringan masuk ke dalam rumah, sesampainya di ruang tengah sang ayah dan Siska terkejut melihat DA sudah terlentang di lantai dengan adanya muntahan disekitarnya.

“Sempat ada muntahan tapi sudah saya bersihkan,” ujar Siska.

Setelah itu Siska berinisiatif meminta tolong kepada warga sekitar untuk membantu membawa DA ke RS Medika Utama Manggar.

“Tetangga pada datang bantuin angkat DA ke mobil, dibawa ke rumah sakit,” cerita Siska.

Dari pihak keluarga sudah bersedia, jika akan dilakukan proses autopsi untuk mengetahui terkait penyebab kematian DA.

“Kalau bicara ikhlas ya kami sudah ikhlas, cuma kami pingin tahu saja apa penyebab adik saya ini meninggal,” akunya.

Apalagi terkait pelayanan dari pihak RS Medika Utama Manggar yang diduga pihak keluarga DA terkesan lambat dan mengulur-ulur dalam penanganan pasien, hingga akhirnya DA dinyatakan meninggal pukul 22.00 Wita pada Sabtu (28/10/2023).

Siska mengaku, sekitar pukul 18.30 Wita tiba ke RS. Medika Utama Manggar dari rumah, sesampainya disana proses penanganan pasien memang dilakukan di ruang IGD.

Saat ditangani itu, Siska melihat ada sejumlah tindakan sudah dilakukan Dokter dan perawat mulai dari pemberian cairan infus. 

Sekitar pukul 20.00 Wita, tidak ada ada perkembangan berarti pada DA, pihak keluarga pun berinisiatif meminta pihak rumah sakit agar segera merujuk ke rumah sakit lainnya yang ada di Kota Balikpapan.

“Saya lihat adik gak ada perkembangan, mintalah kami agar dirujuk aja ke rumah sakit lainnya, tapi oleh pihak RS Medika Utama kami ini seolah dilarang kalau dirujuk,” kata Siska.

“Dengan alasan rumah sakit yang dituju untuk rujukan kondisinya penuh,” sambungnya.

Di rumah sakit sempat juga ada perdebatan antara pihak keluarga dengan pihak RS. Medika Utama terkait pelayanan ke DA yang minta agar segera dirujuk, namun berdebatan itu akhirnya berhenti.

Sekitar pukul 21.00 Wita, Siska melihat ada beberapa tindakan yang diambil dari pihak Dokter rumah sakit yang menangani mulai dari suntikan beberapa kali, hingga menanyakan DA mengkonsumsi makanan apa terakhir kali.

“Ya saya jelasin, waktu siang itu pukul 12.30 Wita, DA memang masih sempat makan, cuma pakai nasi, telur, kecap sama minum es,” ujar Siska.

Kondisi pada saat itu DA juga masih bisa bercanda dengan Siska, tidak ada tanda-tanda kalau DA itu sedang sakit.

Siska tahu betul watak dari DA, jika ada apa-apa mau itu sakit, permasalahan di sekolah, di lingkungan pertemanan selalu diceritakan ke dirinya.

“Jadi tidak mungkin DA tidak mau bercerita kalau ada masalah, apalagi kalau punya penyakit-penyakit yang berat, saya tahu banget anak ini manja sekali,” kenangnya.

Kembali ke proses perawatan DA, sekitar pukul 21.30 Wita, Siska mengatakan pihak rumah sakit kembali melakukan tindakan kepada DA, kali ini memasangkan selang dibagian hidung katanya untuk saluran makan. 

Dari situlah kondisi DA mulai ngedrop, dan sempat ada keluar cairan darah pada bagian hidung, yang malah dikatakan pihak perawat itu tidak apa-apa.

Selang berikutnya, Siska melihat kondisi detak jantung DA pada layar monitor mulai turun, dipanggilah pihak perawat yang bergegas melakukan proses penanganan mulai dari mengompa dada, tapi kondisinya sudah semakin melemah dan akhirnya DA pada pukul 22.00 Wita dinyatakan meninggal.

Pada Minggu (29/10/2023) sekitar pukul 04.30 wita, pihak keluarga sempat mengecek kondisi jenazah dari DA, ternyata ditemukan ada lebam-lebam pada bagian punggung dan leher seperti bekas luka cekikan.

“Kami tanyakan ke pihak rumah sakit katanya itu lebam mayat, biasa terjadi pada kondisi mayat yang meninggal,” akunya.

Dikonfirmasi ke pihak RS. Medika Utama Manggar yang diwakili Bagian Humas RS Masruri menjelaskan ke awak media, membenarkan jika pada Sabtu (28/10/2023). Pihaknya menerima pasien atas nama DA warga Manggar, setelah berada di ruang IGD penanganan juga sudah dilakukan sesuai SOP yang berlaku.

“Mohon maaf, untuk apa saja tindakan medis yang dilakukan pihak rumah sakit, kami belum bisa menyampaikan ke rekan-rekan media,” kata Masruri

Hal ini berkaitan dengan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 24 tahun 2022 tentang rekam medis, yang mana rekam medis baru bisa dipublis jika ada surat pernyataan tertulis dari pihak keluarga yang meninggal, jika pihak Rumah Sakit boleh membagikan terkait rekam medis pasien.

Kata Masruri, terkait masalah permintaan dari pihak keluarga DA agar dilakukan proses rujukan dari RS Medika Utama Manggar ke rumah sakit lainnya yang tidak dilakukan itu tidak benar.

“Pihak kami sudah melakukan upaya-upaya berkomunikasi dengan rumah sakit lainnya, baik itu melalui telepon maupun sistem aplikasi rujukan,” kata Masruri

Lanjut Masruri saat pasien DA datang pukul 18.30 Wita di RS Medika, pihaknya pada pukul 19.57 Wita sudah berkomunikasi dengan RS Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) untuk merujuk pasien namun tidak ada respon, dialihkan lagi ke RS Pertamina Balikpapan (RSPB) pukul 19.59 Wita merespon tapi selang berapa jam kemudian, dicoba lagi ke RS Beriman pukul 20.15 Wita dan RS Hermina pukul 20.16 Wita dengan kondisi pasien penuh.

“Sehingga tidak benar jika kami dari pihak RS Medika Utama tidak mau merujuk pasien, hanya saja kondisi tujuan Rumah Sakit untuk rujukan dalam kondisi penuh,” akunya.

“Kami tidak mau pasien ini dirujuk tapi malah tidak ditangani dengan alasan penuh, kalau pun ada kejadian pada proses pemindahan atau rujukan pasien itu masih tanggung jawab pihak RS Medika,” jelasnya.

Terpisah Kapolsek Balikpapan Timur melalui Kanit Reskrim Polsek Balikpapan Timur Ipda Hendrik Winarto mengatakan, pihak keluarga DA memang sudah membuat laporan kepolisian pada Minggu malam (5/11/2023). 

Dimana jika sebelumnya pihak keluarga mengatakan sudah berulang kali datang ke Polsek Balikpapan Timur itu benar, hanya saja waktu itu istilahnya masih berkonsultasi bukan membuat laporan kepolisian.

“Kami tentunya dari pihak kepolisian pada saat berkonsultasi itu menjelaskan prosedur-prosedurnya, terkait proses adanya penyelidikan atas kematian DA,” kata Hendrik.

Setelah diberi pemahaman, agar pihak keluarga DA mau tahu penyebab kematiannya, maka langkah yang bisa diambil yakni proses autopsi, karena dari autopsi itu akan ditemukan penyebab kematian DA.

“Kalau di TKP tentu kami kesulitan karena, sudah banyak aktivitas yang terjadi di dalam rumah itu,” akunya.

“Jadi salah satu upaya yang bisa dilakukan ya melalui proses autopsi,” tambahnya.

Pihaknya juga akan segera berkoordinasi dengan pihak Polda Kaltim, Rumah Sakit untuk proses autopsi mengingat saat ini jenazah DA sudah dimakamkan.

“Termasuk kami akan mintai surat keterangan bersedia dilakukan proses autopsi ke pihak keluarga DA, kalau berkas semua lengkap barulah proses autopsi kami lakukan,” pungkasnya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses