Kenaikan Harga Rumah Baru di Balikpapan Melambat, Penjualan Turun Sampai 45%, BI Ungkap Penyebabnya
BALIKPAPAN, inibalikpapan.com – Kenaikan harga properti residensial baru di Balikpapan pada triwulan III-2025 berjalan lambat. Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan harga untuk pasar primer (baru) hanya 0,67% dibanding tahun sebelumnya, lebih rendah dari triwulan II-2025 yang mencapai 0,81%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, menjelaskan perlambatan ini lantaran kenaikan harga yang tertahan di semua tipe rumah. “Harga rumah besar (>70 m2) naik 1,66%, rumah menengah (36–70 m2) naik 0,29%, dan rumah kecil (≤36 m2) naik 0,23%,” ungkapnya. Semua kenaikan ini lebih rendah ketimbang triwulan sebelumnya.
Penjualan rumah baru juga menurun tajam, tercatat turun hampir 45% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini dipengaruhi oleh menurunnya permintaan, seiring berkurangnya proyek besar seperti kilang minyak Pertamina dan pembangunan IKN yang sebelumnya mendorong permintaan.
“Sejumlah developer tetap fokus menjual rumah tipe menengah dan kecil yang lebih terjangkau untuk masyarakat,” tambah Robi.
Meski begitu, prospek properti tetap positif. Pertumbuhan kredit properti di Balikpapan mulai membaik. Triwulan III-2025, total kredit properti mencapai Rp 1,17 triliun, kontraksi 3,46% dibanding tahun lalu, lebih baik dari triwulan sebelumnya yang -8,38%.
Rumah tipe kecil masih menjadi favorit warga Balikpapan karena harga lebih terjangkau dan dukungan program pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), seperti KUR Perumahan, Kredit Program Perumahan (KPP), dan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Mayoritas masyarakat membeli rumah baru dengan kredit. Triwulan III-2025, 86% pembeli menggunakan KPR, 12% membayar tunai, dan 2% secara bertahap. Penurunan pangsa pembeli KPR sejalan dengan melambatnya pertumbuhan KPR, tercatat 5,02% dibanding 5,26% pada triwulan II-2025.
Bank Indonesia terus mendorong pertumbuhan kredit melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), terutama untuk sektor perumahan, pertanian, perdagangan, industri, transportasi, UMKM, dan sektor hijau. Kebijakan ini diharapkan dapat mendukung ekonomi Balikpapan sekaligus menciptakan lapangan kerja.
Robi menekankan, “KLM akan terus diperkuat agar kredit perbankan meningkat, khususnya pada sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dan program Asta Cita pemerintah, termasuk real estate.”***
BACA JUGA
