Keterbatasan Stok dan HET, Perusda Balikpapan Tekan Harga Beras Lewat Kios Penyeimbang
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com –Perusahaan Daerah (Perusda) Manuntung Sukses menghadapi tantangan serius dalam menjaga ketersediaan dan stabilitas harga beras di Kota Balikpapan. Mulai dari keterbatasan pasokan hingga regulasi harga yang ketat menjadi penghambat utama distribusi beras kepada masyarakat.
Direktur Perusda Manuntung Sukses, Andi Sangkuru, mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya memiliki stok sebanyak 1,9 ton beras yang masih tertahan di pabrik. Pengiriman belum bisa dilakukan karena kendala logistik.
“Kami sudah beli, tapi pengirimannya masih terkendala. Jadi stoknya masih di posisi pabrik,” jelas Andi, Rabu (6/8/2025).
Meski demikian, Perusda tetap berkomitmen untuk menjual beras dengan harga yang lebih terjangkau dibanding harga pasar. Mereka menargetkan penjualan 10 persen lebih rendah dari harga pedagang.
“Kami tidak menetapkan harga sendiri, tapi kami berusaha menjual 10 persen di bawah harga pedagang,” tegasnya.
Namun, strategi ini tidak mudah diterapkan. Andi mengungkapkan bahwa pihaknya harus berhadapan dengan tantangan Harga Eceran Tertinggi (HET), yang saat ini menjadi perhatian banyak distributor.
“Belinya saja sudah di harga HET, gimana jualnya? Kalau kami ikut HET, berarti kami tidak akan bisa menjual, karena tidak ada margin,” ujarnya.
Andi menegaskan bahwa jika Perusda tetap memaksakan menjual dengan HET, maka stok bisa cepat habis tanpa ada pasokan baru yang masuk.
“Tujuan kami adalah menjaga keseimbangan stok dan harga. Tapi kami juga tidak ingin melanggar aturan. Jadi kami terus koordinasi dengan Pemkot untuk mencari solusi,” katanya.
Kios Penyeimbang dan “Gesit” Jadi Andalan
Untuk menjawab tantangan ketersediaan dan harga, Perusda mengaktifkan dua jenis kios: kios penyeimbang dan kios dengan label “Gesit” (Gerakan Stabilisasi Inflasi Terkendali). Melalui dua strategi ini, Perusda menyediakan berbagai kebutuhan pokok dengan harga terjangkau seperti beras, minyak goreng, gula, dan telur.
“Operasi pasar itu program Pemkot. Kalau kami, punya brand sendiri, yaitu Gesit,” ujar Andi.
Saat ini, terdapat dua kios penyeimbang yang beroperasi di Balikpapan, yakni di Pasar Pandansari dan Pasar Klandasan. Kedua kios tersebut buka setiap hari kecuali Senin. Namun, Andi mengakui jumlah stok yang tersedia masih terbatas.
“Stok berasnya tidak bisa kami limpahkan karena kondisi pasokan juga terbatas,” ucapnya.
Minim Produksi Lokal, Bergantung dari Sulawesi
Kendala utama lainnya adalah keterbatasan produksi beras lokal. Balikpapan yang bukan merupakan daerah produksi beras skala besar harus mengandalkan pasokan dari luar daerah, terutama Sulawesi.
“Informasi yang kami terima, pabrik di Sulawesi juga mengalami kesulitan mendapatkan gabah,” ujar Andi.
Kesulitan ini diperparah oleh aturan yang mewajibkan gabah kering panen (GKP) dibeli oleh Bulog dengan harga Rp6.500 per kilogram. Situasi ini membuat petani lebih memilih menjual gabah ke Bulog ketimbang ke pabrik swasta.
“Karena harganya sudah bagus di Bulog, petani tentu lebih memilih menjual ke sana. Ini membuat pabrik swasta dan distributor seperti kami jadi sulit mendapatkan pasokan,” tambahnya.
Perusda Tetap Siaga Stabilkan Pasar
Meskipun berbagai kendala menghadang, Perusda Manuntung Sukses memastikan tetap menjalankan fungsinya sebagai penyeimbang pasar. Upaya seperti pembukaan kios penyeimbang dan distribusi melalui brand Gesit terus dilakukan untuk membantu masyarakat mendapatkan bahan pokok dengan harga terjangkau.
Perusda juga tengah berkoordinasi intensif dengan Pemerintah Kota Balikpapan untuk mencari solusi jangka panjang terkait permasalahan harga dan pasokan beras yang terus membayangi.***
Editor : Ramadani
BACA JUGA
