Kilang Balikpapan Gunakan LNG untuk Kurangi Emisi, Pertagas Dukung Pasokan Gas

BALIKPAPAN, inibalikpapan.com – Kilang Balikpapan terus memperkuat efisiensi energi dan menekan emisi lingkungan. Kilang yang dikelola PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU V Balikpapan kini menggunakan gas alam cair (LNG) sebagai bahan bakar utama sejak Desember 2022. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan untuk menciptakan operasi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Manager Commrel & CSR PT KPI RU V Balikpapan, Dody Yapsenang, mengatakan penggunaan LNG menjadi salah satu langkah efisiensi yang paling berdampak, karena biaya energinya lebih rendah dibandingkan LPG.

“Kalau kita lihat dari sisi harga, harga per energi satu energi MMPTU-nya, itu memang LPG jauh lebih tinggi untuk harganya. Harganya LPG itu hampir sekitar 18 dolaran per MMPTU, kalau yang LNG ini sekitar 16 dolaran per MMPTU,” ujarnya.

Kerja sama penyediaan LNG dilakukan bersama PT Pertagas Niaga sejak 2 Desember 2022, dengan pasokan awal berasal dari Filling Station Plant 26 Bontang sebanyak 2 MMscfd. Langkah ini sekaligus memperkuat posisi Kota Balikpapan sebagai salah satu kota paling ramah lingkungan di Indonesia. “Tadi disebut kan meski ada kilang, kota Balikpapan masuk dalam kota ke lima yang ramah lingkungan,” ucap Dody.

Selain efisiensi bahan bakar, kilang juga memiliki sejumlah fasilitas pelindung lingkungan untuk menjaga kualitas udara di sekitar area operasional. “Terkait dengan RU V, sebagai sumbangsih terhadap kondisi lingkungan yang ada di Balikpapan, bisa kita sampaikan bahwa memang RU V itu memiliki beberapa fasilitas lindung lingkungan yang diperlukan untuk upaya dari RU V menjaga kondisi lingkungan,” ujar Dody.

Salah satunya adalah penerapan sistem Flare Gas Recovery System (FGRS) untuk menekan emisi gas buang. “Flare Gas Recovery System ini adalah upaya untuk melakukan recovery dari gas flare. Mungkin kawan-kawan bisa lihat flare itu yang obor, api obor yang bisa kita lihat sehari-hari di lingkungan. Nah itu harus dikendalikan,” katanya.

“Kita bisa melakukan recovery dengan menggunakan sistem FGRS ini untuk kemudian bisa dimanfaatkan sebagai komponen fuel di tempat kita. Sehingga kita akhirnya bisa menurunkan angka. Angka emisi ataupun gas buang yang dihasilkan di flare sistem kita dan bisa berkurang kuantitinya sangat signifikan,” jelasnya.

Menurut Dody, penerapan FGRS juga memberikan keuntungan nyata bagi perusahaan. “Nilainya atau benefit yang diperoleh perusahaan itu kalau kita setarakan hampir setara dengan satu Kijang Innova untuk biaya rekomendasi. Ini adalah recovery yang diperoleh,” tambahnya.

Upaya efisiensi energi ini turut didukung oleh kinerja PT Pertamina Gas Operation Kalimantan Area (Pertagas OKA) yang menyalurkan gas ke kilang. Hingga Agustus 2025, realisasi penyaluran gas Pertagas sudah mencapai 117 persen dari target korporasi, sebagian besar digunakan untuk kebutuhan Refinery Unit (RU) V Balikpapan.

Manager Pertagas OKA, Dedi Mariadi, mengatakan capaian tersebut didorong oleh keandalan peralatan dan kerja sama dengan berbagai pihak di Kalimantan Timur. “Target volume tahun ini sebesar 402 MMSCFD, namun realisasi sudah mencapai 500 MMSCFD. Secara linear hal ini berdampak positif terhadap peningkatan revenue perusahaan,” jelas Dedi di kantor PT Pertamina Gas Area Kalimantan, Jumat (26/9/2025).

Menurutnya, dukungan Pertagas juga diberikan untuk proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan. Dari kapasitas pipa terpasang sebesar 125 MMSCFD, saat ini sudah menyalurkan 50-70 MMSCFD.

“Masih ada sisa kapasitas 25 MMSCFD yang bisa dioptimalkan. Pertagas siap mendukung penuh kebutuhan gas RDMP Balikpapan, baik dari sisi peralatan maupun sumber daya manusia,” ujarnya.

Pertagas juga mencatat pendapatan dari operasi dan pemeliharaan (OM) pipa gas sepanjang 78 kilometer yang terhubung ke kilang. “Kami juga memasang tanda peringatan di sepanjang jalur pipa. Sebagai OBVITNAS, semua pengawasan terintegrasi dengan control room dan termonitor hingga kantor pusat, serta berkoordinasi dengan aparat TNI-Polri dan pemerintah daerah,” kata Dedi.

Sinergi antara kilang dan subholding gas Pertamina ini menjadi bagian dari transformasi energi nasional menuju operasi yang lebih efisien, aman, dan ramah lingkungan.***

Penulis: Amir Syarifuddin & Donny M.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses