BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com — Bank Indonesia Balikpapan merilis kinerja perbankan tahun 2019 sampai dengan Oktober.

Kepala Bank Indonesia Balikpapan Bimo Epyanto menyebutkan berdasarkan catatan yang diterima, pada Oktober 2019, pertumbuhan DPK Kota Balikpapan tercatat 4,32% (yoy). Angka ini melambat dibandingkan bulan September 2019.

“Perlambatan tersebut didorong oleh penurunan pada semua jenis simpanan terutama dari golongan penyimpan perseorangan,” kata Bimo saat gelar jumpa pers di Balikpapan pada Jumat (13/ 12/ 2019) pagi.

Adapun kredit perbankan di Balikpapan pada Oktober 2019 tercatat sebesar 2,43%(yoy) atau melambat dibandingkan bulan September 2019. Perlambatan bersumber dari kredit konsumsi terutama pada kredit untuk perseorangan dan penurunan kredit investasi untuk pengembangan usaha di sektor pertambangan dan perdagangan.

Sementara untuk Pertumbuhan Danak Pihak Ketiga atau DPK Balikpapan, kata Bimo, pada Oktober 2019 bergerak melambat, diangka 4,32 persen (yoy).

“Perlambatan tersebut didorong oleh penurunan pada semua jenis simpanan terutama dari golongan penyimpan perseorangan,” ujarnya lagi.

Intermediasi perbankan yang juga mendapat sorotan dari BI Balikpapan adalah rasio kredit macet atau non performing loan (NPL). Berdasarkan laporan yang diterima NPL perbankan di Balikpapan pada 2019 hingga Oktober mencapai 5,4 persen. Meskipun angka ini lebih rendah di banding NPL Oktober 2018 (yoy), namun masih tergolong tinggi karena berada di atas lima persen.

“NPL perbankan turun melambat. Oktober 2019 ini sebesar 5,14 persen. Hal ini seiring langkah perbankan untuk melakukan restrukturisasi kredit bermasalah. Kita lihat, kontraksi dalam usaha pertambangan belum pulih. Kontraksi cukup dalam sampai dengan 56 persen, jauh sekali. Lalu kemudan kredit bermasalah NPL kita 5,14 persen.

Bimo merincikan rasio kredit bermasalah pada tahun 2019 persen disumbang oleh sektor konstruksi. Hal ini dikarenakan kegiatan ekonomi masih melambat sehingga banyak kegiatan pembangunan baik bersifat komersil atau presidensil gulung tikar.

“Kredit konstruksi menempati posisi tertinggi dalam rasio kredit bermasalah yaitu mencapai 24, 89 persen. Penyumbang NPL tertinggi kedua adalah jasa sosial sebesar 6,96 persen dan lainnya 5,09 persen,” kata Bimo lagi.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version