Langgar Batas Waktu Penarikan Pasukan, Serangan Israel Ke Lebanon Tewaskan Belasan Orang

Israel Lebanon
Warga Lebanon yang hendak kembali ke kawasan mereka setelah kesepakatan gencatan senjata beberapa waktu lalu (Tangkapan layar YouTube NYTImes)

BEIRUT, inibalikpapan.com – Serangan militer Israel (IDF) tewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai lebih dari 80 orang di Lebanon selatan, kata kementerian kesehatan Lebanon.

Hal ini terjadi IDF Israel tetap berada di beberapa bagian negara itu setelah berakhirnya batas waktu penarikan pasukan mereka serta penarikan pasukan Hizbullah dari daerah tersebut.

Pada Minggu pagi, ribuan penduduk kembali ke kota-kota dan desa-desa di sepanjang perbatasan. Meskipun ada peringatan dari tentara Lebanon dan Israel, dan PBB, bahwa wilayah itu tetap tidak aman.

IDF mengatakan perjanjian gencatan senjata 60 hari dengan Hizbullah belum sepenuhnya terlaksana.

Masih belum jelas berapa banyak tentaranya yang tetap berada di Lebanon atau berapa lama mereka akan tinggal.

Menurut kementerian kesehatan Lebanon, serangan IDF sasar warga saat mereka mencoba memasuki lokasi yang masih Israel duduki.

Militer Lebanon mengatakan salah satu tentaranya tewas dan yang lainnya terluka akibat tembakan Israel.

IDF mengatakan telah melepaskan tembakan peringatan di beberapa daerah di Lebanon selatan.

Pihaknya tak menyebutkan apakah ada orang yang terkena tembakan serta menangkap beberapa orang yang mereka klaim sebagai ancaman.

Pelanggaran Kesepakatan

Kesepakatan gencatan senjata, dimana AS dan Prancis jadi mediator, dianggap dapat mengakhiri konflik selama 14 bulan.

Kesepakatan itu tetapkan penarikan pasukan Israel dan pemindahan pejuang dan senjata Hizbullah dari Lebanon selatan.

Pada saat yang sama, pengerahan ribuan tentara Lebanon ke daerah tempat Hizbullah telah menjadi kekuatan dominan selama beberapa dekade.

Seorang pejabat diplomatik Barat yang mengetahui negosiasi tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Israel perlu lebih banyak waktu untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah di Lebanon selatan.

Ia sebut rencana awalnya adalah perpanjangan selama 30 hari.

Dalam beberapa hari terakhir, stasiun TV Hizbullah Al Manar tampaknya mendorong warga untuk kembali ke selatan.

Berlalunya batas waktu gencatan senjata adalah ujian besar pertama bagi presiden Lebanon yang baru, panglima militer Joseph Aoun.

Ia ingin membawa stabilitas ke negara yang kelelahan karena berbagai krisis.

Dalam sebuah pernyataan hari Minggu, ia mengatakan kedaulatan dan integritas teritorial Lebanon tidak dapat dinegosiasikan.

Israel Dan Lebanon Saling Bantah

Kantor perdana menteri Israel mengatakan bahwa definisi penarikan dalam gencatan senjata itu dengan syarat tentara Lebanon dikerahkan di Lebanon selatan dan sepenuhnya serta efektif tegakkan perjanjian itu.

Sementara Hizbullah mundur melewati Litani, sebuah sungai sekitar 30 km dari perbatasan tidak resmi antara Lebanon dan Israel yang dikenal sebagai Blue Line.

“Karena negara Lebanon belum sepenuhnya tegakkan perjanjian gencatan senjata, proses penarikan bertahap akan terus berlanjut, dengan koordinasi penuh dengan AS,” kata pernyataan itu.

Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu 25 Januari 2025, tentara Lebanon mengatakan bahwa mereka terus melaksanakan rencana untuk meningkatkan pengerahan di daerah-daerah di sepanjang perbatasan.

Tetapi ada  penundaan dalam beberapa tahap karena IDF menunda-nunda penarikan, yang mempersulit misi pengerahan tentara.

Belum ada reaksi langsung dari Hizbullah.

Pada hari Kamis, kelompok itu mengatakan kegagalan untuk mematuhi tenggat waktu akan menjadi pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian.

Pihaknya juga katakan bahwa IDF telah lakukan pelanggaran kedaulatan Lebanon dan masuk ke fase pendudukan baru.

Namun, pernyataan itu tidak mengatakan bagaimana kelompok itu akan menanggapi jika IDF tetap berada di negara itu.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses