Lewat Film ‘Pirunduk’, Kisah Ajian Mistis asal Kalimantan Selatan Diangkat ke Layar
BANJARMASIN, inibalikpapan.com – Rumah produksi Bima Sakti Pictures resmi memulai produksi film horor terbaru berjudul Pirunduk, yang harapannya tayang pada akhir 2025. Film ini mengangkat cerita urban legend khas Kalimantan Selatan yang selama ini hidup dalam ingatan kolektif masyarakat: ajian mistis Pirunduk.
Cerita Pirunduk berpusat pada sosok manusia yang mengamalkan ajian terlarang bernama Pirunduk. Konon, siapa pun yang menggunakan mantra ini akan mati dan gentayangan sebagai roh penasaran, menghantui wilayah-wilayah tertentu di Kalimantan Selatan. Mereka yang terkena ajian ini pun akan tunduk ke orang tersebut.
Legenda ini turun-temurun hadir di masyarakat tepian sungai zaman dulu, di tengah rumah-rumah panggung kayu, sebagai peringatan agar tak bermain-main dengan kekuatan tak kasatmata.
Film ini akan memadukan nuansa mistis dengan kekayaan budaya lokal. Latar alam Kalimantan Selatan seperti pinggiran Sungai Barito, permukiman tradisional, dan rumah adat mereka jadikan lokasi syuting utama. Suasana yang mereka bangun akan memanfaatkan efek visual dan suara untuk menciptakan ketegangan yang meresap, sekaligus menampilkan keelokan lanskap tahun 1980-an yang jarang terekam kamera film sebelumnya.
Berpihak ke Lokal
Tak hanya dari sisi cerita dan lokasi, proses pemilihan pemain pun memperlihatkan keberpihakan pada lokalitas. Dari 480 pendaftar, sebanyak 50 orang menjalani seleksi untuk proses casting selama lima hari. Hasilnya, mayoritas peran diisi aktor-aktor Kalimantan Selatan, sementara hanya empat aktor berasal dari Jakarta.
Produser sekaligus pendiri Bima Sakti Pictures, Budi Ismanto, menyebut Pirunduk sebagai proyek spesial. “Kami ingin membawa cerita lokal yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan ke layar lebar. Mengungkap sisi lain dari mitos dan kepercayaan yang sudah melekat dalam budaya masyarakat,” ujarnya.
Sutradara Pirunduk, Billy Cristian, terkenal dengan portofolio horor yang kuat. Ia pun menyebut ingin mengeksplorasi atmosfer Kalimantan Selatan lewat lanskap alam, musik tradisional, dan cerita rakyat yang berbasis di sungai.
Terakhir, Budi Ismanto juga menambahkan, “Kami ingin menampilkan Kalimantan Selatan dalam bantaran anak sungai di tahun 1980an yang belum pernah ada sebelumnya. Melalui lensa horor yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkenalkan budaya lokal secara lebih mendalam.”***
BACA JUGA
