Makna di Balik Kode ‘ACAB’ dan ‘1312’, Viral Lagi Setelah Band Sukatani Minta Maaf ke Polisi
JAKARTA, inibalikpapan.com – Kode 1312 atau ACAB, singkatan dari All Cops Are Bastards, telah lama menjadi simbol perlawanan terhadap tindakan represif aparat kepolisian. Ungkapan ini muncul sebagai bentuk kemarahan atas tindakan polisi yang tidak etis.
Secara numerik, 1312 berasal dari urutan huruf dalam abjad: A (1), C (3), A (1), dan B (2). Melansir Suara, jaringan inibalikpapan.com, istilah ini pertama kali hadir di Inggris pada 1940-an, ketika para pekerja melakukan aksi mogok. Saat itu, frasa “All Coppers Are Bastards” mulai menjadi singkatan ACAB dan muncul dalam berbagai coretan di jalanan. Pada 1958, rekaman video menunjukkan sejumlah pemuda menuliskan kode tersebut sebagai bentuk protes terhadap polisi.
Istilah ACAB semakin populer pada 1970 setelah media Daily Mirror menggunakannya sebagai tajuk utama. Musik punk kemudian turut menyebarluaskan kode ini, sejalan dengan semangat antiotoritarianisme yang ada oleh subkultur tersebut.
Pada 2018, ACAB kembali mencuat setelah kematian George Floyd, seorang pria kulit hitam yang tewas di tangan polisi di Minneapolis, Amerika Serikat. Peristiwa ini memicu gelombang protes besar dan melahirkan gerakan Black Lives Matter.
Di Indonesia, ACAB mulai terkenal pascareformasi 1998. Coretan berisi kode ini banyak hadir di tembok jalanan dan stadion, terutama setelah Tragedi Kanjuruhan 2022 yang menewaskan 131 orang. Sebagian besar korban meninggal akibat gas air mata yang tertembak polisi ke dalam stadion saat laga Arema FC vs Persebaya pada 1 Oktober 2022.
Terbaru, ACAB kembali menjadi sorotan di media sosial setelah band Sukatani Punk menarik lagu mereka, Bayar Bayar Bayar. Band tersebut juga menyampaikan permintaan maaf karena lagu itu memuat lirik tentang polisi yang dianggap kontroversial.
BACA JUGA
