TARAKAN, Inibalikpapan.com – Berangkat dari kepedulian lingkungan dan pelestarian lingkungan sekaligus untuk pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu fokus yang dilakukan Indosat Oodoreoo Hicshon (IOH) dalam pengembangan bisnisnya. Indosat bersama Universitas Borneo Tarakan, melakukan kerjasama dengan pemanfaatan teknologi  Internet of Thing (IoT) dalam pengembangan usaha tambak berbasis lingkungan di Tarakan.

Kerjasama ini juga melibatkan Global System Mobile Communications Association (GSMA) dan Kementerian Federal Jerman bekerjasama dengan lembaga ekonomi dan pembangunan (BMZ) Deutsche Gessellschaft Fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ). 

Penandatanganan kerjasama ini dilaksanakan di Aula Universitas Borneo Tarakan, Kaltara yang dilakukan President Director   and CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha bersama  Wakil Rektor III UBT, Djaya Bakri, disaksikan Head of Asia Pasific Global System Mobile Communications Association (GSMA) Julain Gorman, Kepala Diskominfo Kaltara mewakili Gubernur Kaltara, Sekda Tarakan mewakili wali kota Tarakan dan undangan, di Aula Kampus Universitas Borneo Tarakan, Senin (22/5/2023). 

Kerja kolaboratif ini merupakan salah satu inisiatif untuk penanganan dampak perubahan iklim yang dituangkan dalam program “Digitalisasi Konservasi Mangrove” di Kalimantan Utara.

“Kolaborasi Indosat dengan GSMA ini langkah nyata atasi perubahan iklim melalui pemanfataan teknologi digital. Ini menjadi upaya bersama sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia akan untuk melestarikan lingkungan sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar yang akhirnya dapat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha.

Pada projet  ini masyarakat desa atau remote yang difokuskan agar usaha mereka juga ikut berkembang dan lingkungan sekitar tetap terjaga.

“Kita bawa teknologi kesana tidak hanya mengajak maysaraka ke kota tapi membawa teknologi ke desa sehingga lebih produktif dan tidak terjadi urbanisasi besar-besaran ke kota,”tambahnya.

Julian Gorman menambahkan keberadaan GSMA ingin memperkuat komitmen dalam mengatasi persoalan iklim global melalui digitalisasi bagi masyarakat pesisir yang hidup berdekatan dengan alam.

Menurutnya teknologi digital dapat dimanfaatkan bersama dengan melibatkan pemerintah, komunitas, swasta termasuk masyarakat itu sendiri.

“Konservasi Hutan mangrove menjadi kebuthan global di banyak komunitas pesisir. Kemitraan strategis ini tentunya membawa produktivitas dan ketahanan lingkungan di masa mendatang,” ujarnya.

Wakil Rektor III UBT Djaya  Bakri mengakui masyarakat di Kaltara banyak pula mengandalkan kehidupan dari tambak, rumput laut seperti yang ada di Tarakan.

Pembukaan areal tambak dimasa lalui tidak lepas dari penebangan pohon mangrove yang signifikan sehingga populasi, vegetasi mangrove berkurang.

Belum lagi penggunaan pupuk/pakan yang berlebihan akan mempengaruhi kualitas air di tambak yang pada akhirnya menurun produksi petambak itu.

“Dengan penggunaan teknologi ini (IoT) ini akan beri informasi secara realtime kepada pengguna sehingga bisa diketahui ada perubahan kadar air  disitu. Sehingga mendorong masyarakat mempertahan ekosistem itu dan menjaga mangrove tumbuh lebih baik dan tidak ditebang secara serampangan,” tutur Djaya.

Keberadaan Mangrove selain juga jadi tempat biota laut juga pertahan pesisir terhadap ancaman gelombang atau tsunami.

“Tentu kami terimakasih sudah dilibatkan dalam program seperti ini. Akan menchallange para akademisi/peneliti kami disini yang punya potensi, ada pakar kepiting yang saya kira sudah cukup diakui di Indonesia. Kerjasamaini akan lebih menambah kemampuan itu,” katanya.

Sebelumnya Indosat juga sudah dilakukan hal serupa untuk pengembangan budidaya rumput  laut berbasis digital (IoT) di Sebatik, Nunukan, Katara. upaya ini bagian dari pengembangan ekonomi masyarakat dengan tetap menjaga lingkungan secara partisipatif  masyarakat menggunakan teknologi digital.

 “Tim kita sudah di sana untuk memastikan secara jaringan sudah cukup mumpuni dan mengimplementasi alat IoT kepada petani di sana dan mengedukasi masyarakat di sana. Ini merupakan implementasi riil dari memberdayakan masyarakat tidak hanya menghubungkan tapi juga memberdayakan,” tandas Vikram Sinha.

Program Digitalisasi Konservasi Mangrove ini merupakan kelanjutan dari penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) di Barcelona pada Maret 2023 lalu yang akan dilakukan dalam dua bentuk kegiatan. Pertama adalah pemetaan wilayah laut dan pesisir dengan menggunakan Open-source & Geospatial Mapping di wilayah pesisir dan laut Kalimantan Utara khususnya di Desa Setabu, Kecamatan Sebatik Barat. Kegiatan ini akan melibatkan warga serta tokoh masyarakat sekitar dengan menggunakan aplikasi Qfiled yang dapat diperbarui secara berkala.

Dengan aplikasi Qfield tersebut, Indosat bersama GSMA, BMZ dan GIZ juga memberikan pelatihan pemetaan untuk memetakan area wilayah pesisir dan pantai, serta memproduksi digital map untuk kegiatan selanjutnya. Keberhasilan dari kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk disosialisasikan kepada pelaku usaha lain serta melindungi mangrove dalam jangka panjang.

Kegiatan kedua adalah memperkenalkan solusi digital berbasis Internet of Things (IoT) kepada para petambak udang lokal untuk memantau kadar air dalam tambak, khususnya yang berdekatan dengan wilayah tumbuh mangrove. Tujuannya adalah agar produktivitas tambak-tambak kecil meningkat serta menghindari mangrove dari ancaman penebangan oleh para petambak besar.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version