Mengenal Tradisi ‘Pacu Jalur’ yang Kini Viral, Wapres Gibran Sampai Ikuti Tren
BALIKPAPAN, inibalikpapan.com – Media sosial ramai oleh tren unik dari Riau: Pacu Jalur. Tradisi balap perahu khas Kabupaten Kuantan Singingi ini jadi perbincangan setelah sejumlah tokoh publik, dari pesepakbola Neymar hingga Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, ikut menyorot dan mempopulerkan budaya tersebut lewat unggahan mereka.
Tapi, apa sebenarnya Pacu Jalur? Mengapa ia menjadi begitu istimewa dan bahkan sebagai warisan budaya nasional?
Tradisi Ratusan Tahun dari Sungai Kuantan
Mengutip laman resmi pemkab setempat, Pacu Jalur adalah lomba dayung perahu panjang tradisional yang berlangsung di Sungai Batang Kuantan, Riau. Perahu panjang ini mereka sebut jalur, dan bisa mencapai panjang 25 hingga 40 meter, isinya puluhan pendayung pria dari satu desa.
Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-17, awalnya sebagai bagian dari upacara keagamaan atau peringatan hari besar Islam. Namun dalam perkembangannya, Pacu Jalur menjadi ajang perlombaan rakyat dan perayaan budaya yang meriah.
Setiap tahun, Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi menggelar Festival Pacu Jalur, biasanya bertepatan atau menjelang Hari Kemerdekaan RI di bulan Agustus. Ribuan orang, termasuk wisatawan domestik dan mancanegara, memadati tepian Sungai Kuantan untuk menyaksikan keindahan budaya dan semangat kompetisi yang luar biasa.
Warisan Budaya Takbenda Indonesia
Tak sekadar hiburan, Pacu Jalur diakui secara resmi oleh negara. Sejak 2014, tradisi ini telah masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Pengakuan ini bukan tanpa alasan. Pacu Jalur mencerminkan nilai gotong royong, kekompakan, dan identitas lokal masyarakat Kuansing. Dalam proses pembuatan jalur, seluruh warga desa akan ikut membantu: dari memilih kayu, mengukir, menghias, hingga latihan bersama.
Belakangan, tren Pacu Jalur meroket di media sosial. Video-video tentang latihan para pendayung, gaya para komando (penyemangat tim), hingga parade jalur yang dihias megah, menjadi konten yang banyak ditonton di TikTok, Instagram, dan YouTube.
Salah satu video bahkan memperlihatkan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ikut menirukan tarian Pacu Jalur ini lewat unggahannya. Netizen pun ramai-ramai menjadikan “pacu jalur” sebagai istilah baru yang jenaka maupun bangga dalam berbagai unggahan.
Lebih dari sekadar lomba, Pacu Jalur menyatukan banyak makna: semangat kolaborasi, kebanggaan atas akar budaya, dan bentuk perlawanan terhadap dominasi budaya luar yang seragam. Di tengah arus globalisasi, Pacu Jalur menjadi penanda bahwa budaya lokal bisa tetap hidup, bahkan viral.
Pacu Jalur kini bukan hanya milik Kuansing, tapi sudah menjadi kebanggaan nasional. Di era media sosial, warisan budaya seperti inilah yang menunjukkan betapa kayanya Indonesia—baik di daratan maupun di aliran sungainya.***
BACA JUGA
